Pakar UAJY Minta Pertimbangkan Dampak Kenaikan PPN 12 Persen

- Pemerintah rencanakan kenaikan PPN menjadi 12 persen pada tahun 2025.
- Kenaikan PPN akan berdampak pada harga barang, terutama bagi pembelian barang-barang bernilai mahal.
- Ekonomi belum pulih sepenuhnya, terutama sektor industri yang berskala ekspor impor.
Yogyakarta, IDN Times - Muncul kabar pemerintah akan menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada tahun 2025. Pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y Sri Susilo, mengatakan wacana tersebut harus ditimbang lagi mengingat kondisi ekonomi belum sepenuhnya pulih.
Susilo mengatakan kenaikan PPN akan mengerek harga barang. Sekecil apapun PPN dinaikkan, ia menyebut akan berpengaruh. "Pertama jelas PPN naik, tentu akhirnya harga barang juga naik. Ya dinaikkan berapa pun, sekecil apapun berdampak pada kenaikan harga," kata Susilo, Kamis (16/5/2024).
1. Konsumen akan merasakan dampak kenaikan PPN

Susilo mengatakan PPN tersebut dibayarkan oleh produsen, meski begitu dampaknya akan dirasakan oleh konsumen. "Dibebankan ke konsumen pada akhirnya," kata Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Yogyakarta itu.
Susilo menyebut dampak kenaikan PPN utamanya akan dirasakan untuk pembelian barang-barang yang bernilai mahal. "Barang yang harganya gak tinggi, gak terasa, Mungkin dari Rp10 ribu naik berapa puluh rupiah gitu saja. Tapi kalau yang harga barang mahal, misal perumahan, mobil mewah itu ya kelihatan kenaikannya, terasa," ucap Susilo.
2. Penerapan PPN baru perlu dipertimbangkan

Susilo mengatakan untuk rencana penerapan PPN baru di tahun 2025 perlu dipertimbangkan atau dilihat lagi. Menurutnya tujuan kebijakan PPN tersebut baik, asalkan bisa tepat juga melihat dampaknya, dan kondisi yang ada.
"Kebijakan itu baik tujuannya, karena nanti menaikan peneriman cukai, pendapatan pajak, tapi dihitung betul dampaknya terhadap konsumen dan produsen," kata Susilo.
3. Sejumlah sektor industri belum pulih

Susilo menyebut saat ini ekonomi belum pulih sepenuhnya. Sejumlah sektor seperti industri yang berskala ekspor impor masih belum pulih sepenuhnya, karena dampak ekonomi global.
"Ekspor agak terpukul. Belum pulih betul keadaan ekonomi dunia. Permintaan juga turun. Kalau retail, tourism, hotel, makan minum udah mulai pulih, hampir seperti sebelum pandemi, transportasi juga," ungkap Susilo.