Mewujudkan Mimpi Menjadi Pemimpin yang Berdampak ke Masyarakat
- Program beasiswa pendidikan menjadi bagian penting dalam mencetak calon pemimpin masa depan di DIY.
- Tanoto Foundation memberikan program beasiswa Kepemimpinan TELADAN untuk mahasiswa S1 dengan fokus pada pengembangan soft skill dan kepemimpinan.
- Beasiswa Tanoto Foundation juga memberikan pelatihan, magang, dan seminar kepada penerima beasiswa untuk mempersiapkan mereka masuk ke dunia industri.
Yogyakarta, IDN Times – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), daerah yang dikenal dengan julukan Kota Pelajar banyak melahirkan pemimpin. Setiap tahunnya ribuan orang dari berbagai daerah datang ke DIY untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.
Pendidikan memang menjadi bagian penting untuk mencetak calon pemimpin. Dari banyaknya mahasiswa di DIY, tidak sedikit yang mencoba mencari peluang untuk mendapatkan beasiswa pendidikan. Baik untuk membantu biaya kuliah, maupun mendukung peningkatan kemampuan mereka.
Salah satu pihak yang berupaya mendukung lahirnya calon pemimpin adalah Tanoto Foundation. Program beasiswa yang diberikan tidak hanya memberikan gratis biaya kuliah, juga upaya meningkatkan soft skill para penerima beasiswa, melalui Program Beasiswa Kepemimpinan TELADAN atau Transformasi Edukasi untuk Melahirkan Pemimpin Masa Depan Tanoto Foundation.
Mencoba menjadi pemimpin yang berdampak ke masyarakat
Salah satu penerima beasiswa Kepemimpinan TELADAN Tanoto Foundation, Nizam Al Banna Caesar, merupakan mahasiswa Prodi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) memiliki keinginan menjadi pemimpin mulai dari lingkup terkecilnya.
“Pemimpin itu tidak hanya dari atas saja. Pemimpin itu dari masyarakat sekitar, kelompok kecil. Saya sendiri ingin menjadi pemimpin yang bisa memberi manfaat sekitar. Terutama bagi UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), masalah ekonomi jadi perhatian kalau saya,” ujar Nizam, saat ditemui di Masjid Baitul Ilmi FMIPA UGM, Minggu (9/11/2024).
Pria yang setiap harinya mengurus dan tinggal di Masjid Baitul Ilmi FMIPA UGM ini, menyempatkan diri berbincang dan menceritakan pengalamannya selama menerima beaisiswa Kepemimpinan TELADAN Tanoto Foundation. Jalan menuju ke cita-citanya pun dirasakan Nizam sangat terdukung dengan adanya beasiswa Kepemimpinan TELADAN Tanoto Foundation. Beasiswa yang diterima tidak hanya bebas biaya pendidikan atau Uang Kuliah Tunggal (UKT), lebih dari itu dirinya merasakan banyak manfaat.
“Ternyata di dalamnya banyak banget peningkatan soft skill yang tidak bisa kita dapatkan di luar, dan itu didapatkan secara cuma-cuma atau gratis. Itu sangat membantu kami dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan, saat KKN (Kuliah Kerja Nyata) atau bermasyarakat itu sangat terpakai,” ungkap Nizam.
Pria yang saat ini masuk semester 7 tersebut, menjelaskan dalam program beasiswa Kepemimpinan TELADAN Tanoto Foundation melalui sejumlah tahapan pengembangan kepemimpinan. Pada semester 2-4 tahap lead self, selanjutnya lead others pada semester 5-6, dan professional preparation pada semester 7-8. Pada tahap pertama, penerima beasiswa didorong meningkatkan kemampuannya. Melihat apa kelebihan dan kekurangan dalam diri sendiri. “Itu dikembangkan dalam diri kita,” ujarnya.
Selanjutnya pada tahap leads others, para penerima beasiswa belajar untuk memimpin orang lain, baik dari teman atau dari komunitas ataupun orang yang lebih luas. “Tujuan dari TELADAN itu tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk ke masyarakat, mengembangkan masyarakat. Terutama di Indonesia ini, ya intinya agar tidak digunakan untuk diri sendiri,” ujar Nizam.
Nizam dan rekan-rekannya pun langsung praktik ke masyarakat. Mereka mencoba melihat apa yang dibutuhkan masyarakat, dan mencari jalan untuk permasalahan yang dihadapi masyarakat. Di kelompoknya, Nizam dan rekan lainnya melihat permasalahan pengelolaan sampah yang dihadapi masyarakat. Ia menyadari membangun kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah lebih baik, perlu ditingkatkan, dan terus digencarkan.
Nizam mengungkapkan dengan memberikan apa yang telah diterima kepada masyarakat, menjadi bagian yang sangat penting. “Ilmu gak dipendem sendiri, tapi bagikan orang lain, namanya pay it forward. Apa yang kita dapat bagikan lagi,” ujar Nizam.
Berbagai seminar, dengan tema yang relevan pun didapat para penerima beasiswa, seperti Artificial Intelligence (AI). Ada juga program magang di perusahan hingga ke luar negeri. Berbagai program tersebut pun menjadi bagian yang penting.
Pria yang mempelajari Kimia tersebut berkeinginan terus mendalami tentang hayati, dan fokus pengembangan obat. Menurutnya banyak potensi yang bisa dikembangkan dari Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Indonesia. Terutama pengembangan dari turunan jamu dan yang lainnya. “Itu saya tekuni, di mana bahan alam bisa jadi induk dari obat-obatan turunan. Obat-obatan sekarang perlu dikembangkan. Sehingga itu penting kita jadi pemimpin salah satunya adalah riset,” kata Nizam.
Mahasiswa Ilmu Komputer UGM, Maria Fareta Febriani yang juga menerima beasiswa Kepemimpinan TELADAN Tanoto Foundation menceritakan dirinya tertarik mengikuti beasiswa ini. Senada dengan Nizam, Reta menyatakan beasiswa yang didapat tidak hanya bebas biaya pendidikan, namun lebih dari itu, ia mengaku menerima banyak manfaat dengan berbagai pelatihan kepemimpinan.
“Saya memproyeksikan saat saya kuliah gak bisa hanya belajar saja. Saya istilahnya juga harus mengembangkan diri saya dan salah satunya lewat kepelatihan kepemimpinan. Ini kenapa saya mendaftar beasiswa kepemimpinan ini,” ungkap perempuan yang akrab disapa Reta itu, saat dihubungi melalui telepon.
Reta yang tengah magang di salah satu perusahaan cyber security di Jakarta mengakui pembagian beberapa tahapan dalam beasiswa Kepemimpinan TELADAN mulai lead self, lead others, dan professional preparation sangat penting. Salah satu yang penting menurut Reta dalam TELADAN adalah pay it forward, yang mana Tanoto Scholars Association (TSA) atau para penerima beasiswa dari Tanoto Foundation memberikan dampak positif pada masyarakat di sekitar mereka tinggal.
“Kebaikan yang diterima scholars ini bisa diteruskan (diterima) lingkungan sekitarnya, dalam konteks ini ke masyarakat. Kita membuat social project untuk masyarakat yang ditekankan pada keberlanjutan, karena kami di program TELADAN ini berpacu pada SDGs (Sustainable Development Goals),” ungkap Reta.
Hal tersebut coba diwujudkan oleh Reta dan rekan lainnya mendukung UMKM. Sekitar dua tahun lalu, ia mengadakan semacam pelatihan untuk para pelaku UMKM. Para pelaku UMKM menerima pelatihan pemasaran digital. Pada tahun ini juga ada workshop untuk pengelolaan bank sampah, agar lebih efektif dan semakin inovatif.
Reta juga mengajak lebih banyak pihak yang peduli, konsisten terhadap pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan bisa dari ekonomi maupun terhadap lingkungan. “Kalau dibilang masyarakat yang ideal berdaya mandiri, tapi untuk mencapai sana ada tahapan yang perlu dilakukan, gak bisa masyarakat mandiri sendiri,” ujar Reta.
Menurut Reta perlu adanya kolaborasi dari berbagai pihak untuk membuat masyarakat mandiri. Melalui kolaborasi berbagai persoalan yang ada, bisa lebih mudah untuk dicarikan solusinya. Sosok perempuan kelahiran Bekasi 20 tahun lalu itu juga berkeinginan menjadi pemimpin ke depan, pemimpin yang bisa dekat dengan masyarakat.
“Saya ingin jadi pemimpin yang bisa mendengar dan bisa memiliki kemampuan problem solving yang baik, apa yang ditemukan di masyarakat. Apa yang bisa diintervensi saya ambil peran, dan di sana akhirnya apa yang saya lakukan harapannya berdampak baik kepada masyarakat,” ujarnya.
Kuatkan soft skill para calon pemimpin

Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation, Michael Susanto menjelaskan salah satu program Tanoto Foundation untuk mendukung pendidikan yaitu beasiswa Kepemimpinan TELADAN Tanoto Foundation. Beasiswa ini untuk mengembangkan kepemimpinan mahasiswa, khususnya untuk mahasiswa S1. Program beasiswa ini sebenarnya sudah mulai dari tahun 2006 dan memiliki 8 ribu lebih lulusan program beasiswa.
Pada tahun 2017, program beasiswa juga bertransformasi, tidak hanya memberikan akses pendidikan gratis, juga mendorong untuk meningkatkan kesuksesan penerima beasiswa. “Mereka dapat kerja, lalu memiliki karier yang baik dan dapat berkontribusi ke masyarakat,” ungkap Michael.
Dari studi yang dilakukan Tanoto Foundation, technical skill pada diri mahasiswa saja tidak cukup, sehingga peningkatan soft skill perlu dilakukan, mulai peningkatan kemampuan berkomunikasi hingga berkolaborasi. Langkah yang dilakukan mulai dari pengenalan diri sendiri, mengetahui kekurangan dan kekuatan yang dimiliki dalam tahap lead self.
Selanjutnya, penerima beasiswa didorong meningkatkan kemampuan kepemimpinan pada tahap lead others. Kemudian ada juga tahapan professional preparation, untuk menyiapkan para penerima beasiswa yang akan berkecimpung ke industri, tidak hanya industri swasta tapi bisa ke sektor publik, seperti di pemerintahan.
Salah satu hal penting dalam beasiswa Kepemimpinan TELADAN Foundation adalah pay it forward, memberikan setiap penerima beasiswa melakukan social project, yang dikerjakan secara individu maupun berkelompok. Harapannya program yang dijalan bisa berdampak ke masyarakat.
Ada sembilan karakter pemimpin masa depan yang diharapkan dari program beasiswa Kepemimpinan TELADAN Tanoto Foundation. Pertama, self awareness atau mawas diri, bisa memahami kekuatan dan keterbatasannya, mampu mengevaluasi diri, dan memadankan kebiasaan sehari-hari sesuai nilai-nilai yang dijadikan panduan hidup. Kedua, Continuous learning atau pembelajar sepanjang hayat, memiliki inisiatif untuk terus menambah ilmu pengetahuannya dan terus menantang dirinya menjadi pribadi dan professional yang semakin baik. Tidak takut dan belajar dari kesalahan serta memandang kesalahan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan mengembangkan diri.

Ketiga, driven atau gigih, menetapkan cita-cita setinggi mungkin dan siap mengambil risiko untuk maju. Mendorong diri dari zona nyaman dan tidak menyerah saat menghadapi kendala. Percaya diri dan optimis. Keempat, grift, teguh dan tekun memiliki ketekunan dalam mengejar minatnya dan keteguhan meski menghadapi rintangan. Memiliki tujuan dan berpegang pada komitmen. Kelima, integrity atau integritas, memilih untuk hidup dan bertindak sesuai dengan prinsip yang dipegang teguh termasuk kejujuran, adil dan santun, serta teguh pada komitmen. Keenam, innovative atau inovatif, memiliki kreativitas tinggi. Banyak akal untuk memulai sebuah inisiatif dan pemikir yang mandiri. Mereka senantiasa melakukan hal baru.
Ketujuh, care for other, atau peduli sesama. Mampu memahami berbagai sudut pandang dan kebutuhan, dan bertenggangrasa terhadap sesama manusia, penuh perhatian, dan tanggap. Menyingkirkan perasaan diri paling penting, fokus pada sesama manusia, dan bekerja sama dengan baik dengan orang lain. Kedelapan, empower others, memberdayakan orang lain, menunjukkan komitmen untuk membawa kebaikan, tidak gentar mengambil langkah pertama, dan menyingsingkan lengan untuk bergotong-royong dengan orang lain, dan mengeluarkan potensi terbaik orang lain yang bekerja dengannya.
Kesembilan, entrepreneurial spirit, semangat wirausaha. Berpikiran terbuka dan memiliki rasa ingin tahu. Memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang. Berorientasi pada masa depan, sangat mampu beradaptasi, dan tidak gentar akan kegagalan.
Beasiswa bantu pendidikan mahasiswa
Sekretaris Direktorat Kemahasiswaan UGM, Hempri Suyatna mengatakan dalam konteks beasiswa di UGM, terdapat beasiswa yang ditujukan untuk mahasiswa yang kurang mampu secara finansial, dan beasiswa untuk mahasiswa prestasi.
Hempri menilai beasiswa ini sangat penting untuk membantu mahasiswa dalam konteks belajar, termasuk menunjang biaya hidup. Ia mengapresiasi adanya beasiswa yang diberikan tidak hanya sebatas bebas biaya UKT, tapi juga peningkatan kapasitas mahasiswa dengan berbagai pelatihan, seperti yang diberikan Tanoto Foundation.
“Ada yang menunjang peningkatan soft skill, itu sangat penting. Sangat mendorong mahasiswa terlibat, tidak hanya beasiswa, tapi ada edukasi yang mereka peroleh. Harapan kami kolaborasi UGM dengan mitra kami, bisa terus terjaga konsisten. Seperti amanat undang-undang mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujar Hempri.
Hempri berharap dengan semangat mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi dampak kepada masyarakat. “Harapannya berdampak ke masyarakat, kalau ada soft skill juga tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri,” ungkapnya.
Sementara, Dosen Prodi Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Arif Rohman menyebut anak-anak di Indonesia sangat beragam dan memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Mulai dari kondisi sosialnya hingga ekonomi, ada yang mampu dan ada yang tidak mampu secara finansial. “Ada yang pintar, tapi tidak mampu secara ekonomi,” ungkap Arif.
Arif menilai Indonesia masih memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Terlebih, menghadapi tantangan ke depan, salah satunya bonus demografi. Beasiswa menjadi bagian penting agar anak-anak di Indonesia bisa menggapai cita-cita dan menjadi SDM unggul.
Tidak hanya pemerintah, berbagai pihak swasta pun dinilai mengambil peran penting untuk memberikan beasiswa pendidikan kepada masyarakat. Salah satunya Tanoto Foundation. “Itu (beasiswa) sebenarnya sangat membantu untuk bisa anak-anak keberlangsungan tetap belajar,” ujar Arif.
Arif mengatakan pemerintah bisa mendorong agar lebih banyak lagi perusahaan mengalokasikan program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kepentingan pendidikan yang berkelanjutan. Tidak hanya untuk kegiatan yang sifatnya hanya seremonial atau event saja. “Yang keberlanjutan, beasiswa anak-anak itu perlu diperbesar,” ucap Arif.
Arif menambahkan, penyaluran beasiswa harus benar-benar merata, dan tepat sasaran, sehingga manfaatnya bisa dirasakan masyarakat. “Negara gak boleh lalai, kasihan di daerah marginal, daerah tertinggal, harusnya tersentuh CSR,” ungkapnya.