Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ketua PP Muhammadiyah Minta Mudik Lebaran Tak Jadi Ajang Flexing

Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2022-2027 Profesor Haedar Nashir. (muhammadiyah.or.id)
Intinya sih...
  • Haedar Nashir mengimbau agar mudik Lebaran tidak dijadikan ajang pamer kekayaan atau flexing di kampung halaman.
  • Tradisi pulang kampung seharusnya mempererat tali silaturahim, bukan menunjukkan gaya hidup berlebihan yang kehilangan makna semangat Lebaran.
  • Gaya hidup berlebihan bisa memicu kesenjangan sosial dan mendorong perilaku menyimpang di tengah masyarakat, serta berpotensi menjadi akar munculnya praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Yogyakarta, IDN Times - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengeluarkan imbauan jelang Lebaran tahun ini. Haedar meminta mudik Lebaran 2025, tidak dijadikan sebagai ajang pamer kekayaan atau flexing di kampung halaman.
"Menjadi parsial atau bahkan tidak penting kalau mudik menjadi pamer kendaraan, kemudian pamer kesuksesan di rantau," ujar Haedar dikutip Antara, Rabu (26/3/2025).

Haedar menjelaskan tradisi pulang kampung seharusnya menjadi sarana mempererat tali silaturahim, bukan menunjukkan gaya hidup berlebihan.
Semangat Lebaran, lanjut Haedar, akan kehilangan makna manakala dimanfaatkan sekadar untuk unjuk diri.
"Syawalan, Idulfitri, mudik itu menjadi kekuatan untuk menumbuhkan semangat kebersamaan. Saya yakin penting," ujar dia.

1. Munculkan kesenjangan hidup

ilustrasi uang elektronik atau e-Toll (freepik.com/freepik)

Menurut Haedar, saat ini sangat penting menjalani hidup secara sederhana. Alasannya, gaya hidup berlebih justru memicu kesenjangan sosial dan bisa mendorong perilaku menyimpang di tengah masyarakat.

"Sukses itu harus, tetapi kalau menjadi pamer nanti akan tumbuh kesenjangan dengan masyarakat yang pada umumnya hidup sederhana dan biasa. Bisakah kita sekarang untuk hidup secukupnya?" jelasnya.

2. Berpotensi memunculkan praktik korupsi

Ilustrasi Koruptor (IDN Times/Mardya Shakti)

Haedar menilai gaya hidup berlebihan tak hanya berpeluang terjadi di kalangan individu, tetapi juga bisa merambah ke elite politik, ekonomi, hingga keagamaan.
Pola tersebut, menurut dia, berpotensi menjadi akar munculnya praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

"Kekayaan tak pernah kenyang-kenyang ketika harta dan rizki Tuhan dilimpahkan kepadanya. Kepuasan juga sama, sudah dikasih masa jabatan seharusnya setiap orang dengan senang hati turun dari tahta itu dengan senyuman," ujar dia.

3. Jalani hidup dengan secukupnya

ilustrasi Lebaran bertiga. (IDN Times/Esti Suryani)

Haedar mengungkapkan orang yang hidup hanya mengejar kekuasaan, popularitas, dan kekayaan berlebih justru akan berujung pada kesepian. "Jadi jalani hidup dengan secukupnya, dengan sewajarnya," ungkapnya.

Haedar juga mengingatkan pentingnya menanamkan kegembiraan beragama dalam kehidupan sosial dan bernegara. Ia mendorong seluruh elemen bangsa untuk menjalani ajaran agama dengan seimbang, mengedepankan musyawarah dan kebijaksanaan, serta mempersiapkan generasi emas untuk masa depan Indonesia.
"Hal itu tentu penting dalam membangun ekosistem bangsa. Dalam kehidupan bernegara, kita bisa teladani tokoh-tokoh bangsa yang lahir pada perjuangan kemerdekaan," jelasnya

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us