Wayang Uwuh dari Sampah Anorganik, Terjual hingga Rp1 Juta       

Seniman asal Yogyakarta buat wayang dari sampah

Yogyakarta, IDN Times - Iskandar Hardjodimuljo, seniman pembuat wayang, sehari-hari membutuhkan sampah anorganik sebagai bahan baku wayangnya.

Wayang dibuat dari bahan bekas, seperti kertas kotak makan atau plastik botol minuman itu, dibuat oleh seniman asal Kota Yogyakarta sebagai wayang uwuh. Uwuh dalam Bahasa Jawa berarti sampah.

“Bahan bakunya dari lingkungan sekitar rumah saja. Kadang kertas kotak makan atau botol plastik,” kata Iskandar yang sudah menggeluti pembuatan wayang sejak 2013 dan belajar secara otodidak.

1. Sampah yang diolah untuk minimalkan masalah

Wayang Uwuh dari Sampah Anorganik, Terjual hingga Rp1 Juta       Mulai awal tahun 2023, Pemkot Yogyakarta melarang pembuangan sampah anorganik di depo sampah. (Antara/Hendra Nurdiansyah)

Ketertarikannya memanfaatkan bahan sisa atau sampah untuk diolah menjadi wayang berawal dari keinginannya untuk meningkatkan nilai jual sampah.
Jika permasalahan sampah tidak bisa ditangani secepatnya, Iskandar khawatir, anak-anak Indonesia akan tumbuh dikelilingi dengan permasalahan sampah.

"Seluruh masyarakat dapat mengelola sampahnya dengan baik. Sampah anorganik masih memiliki nilai jual atau dijadikan sebagai bahan baku kerajinan, sedangkan sampah organik bisa diolah menjadi kompos," ujarnya dikutip Antara, Selasa (17/1/2023). 

2. Wayang uwuh dijual seharga Rp25 ribu

Wayang Uwuh dari Sampah Anorganik, Terjual hingga Rp1 Juta       Iskandar Hardjodimuljo, seniman pembuat wayang dari sampah anorganik. (Antaraphoto)

Wayang uwuh hasil karyanya tidak kalah menarik dibandingkan wayang yang terbuat dari kulit atau kayu. Satu wayang uwuh dijual dengan harga Rp25 ribu hingga Rp50 ribu. Namun ada karyanya yang terjual hingga Rp1 juta. "Tergantung besar wayang dan tingkat kesulitan serta kerumitan selama proses pembuatannya," terang Iskandar. 

Selain dijual, wayang uwuh dapat menjadi peraga untuk kebutuhan edukasi, memperkenalkan tokoh-tokoh wayang ke anak-anak, sehingga anak-anak tidak hanya mengenal pahlawan super dari luar negeri, tetapi juga dari tokoh wayang.

Edukasi untuk mengenalkan wayang dilakukan di rumahnya, melalui workshop membuat wayang bersamaan dengan perpustakaan keliling yang datang setiap sebulan sekali. Setiap peserta, sebagian besar anak-anak, diminta membawa limbah kertas atau botol plastik.

Setidaknya, dalam waktu dua jam anak-anak sibuk membuat wayang dan tidak memainkan game di telepon selular.

Baca Juga: Pemkot Yogyakarta Ancam Beri Sanksi Bagi Warga yang Tidak Pilah Sampah

Baca Juga: Sampah di Kota Yogyakarta Turun  15 Ton Per Hari  

3. Menjadi koleksi museum etnografi di Belanda

Wayang Uwuh dari Sampah Anorganik, Terjual hingga Rp1 Juta       Ilustrasi tempat sampah (Dok.IDN Times/Istimewa)

Kiprah Iskandar untuk menyelamatkan lingkungan, sekaligus menjaga tradisi melalui wayang uwuh, mengantarkannya melalang buana ke berbagai negara. Tahun 2017, karyanya sempat dipamerkan di Bangkok bersandin dengan karya seninman asal Eropa, Asia, Amerika, dan Kanada.

Wayangnya pun dipamerkan secara tetap di Bangkok Art and Culture Centre di Thailand hingga saat ini. Selain itu, karyanya seniman berusia 69 tahun ini dibawa hingga Prancis.  Ada yang menjadi koleksi museum etnografi di Belanda.

Baca Juga: Pemkot Yogyakarta Kerahkan Linmas Jaga Depo Sampah 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya