UGM akan Mengonversi Kegiatan Mahasiswa Jadi Bobot Nilai SKS
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berencana mengonversi berbagai kegiatan aktivis mahasiswa menjadi bagian bobot satuan kredit semester (SKS).
Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni Arie Sujito berharap dengan memasukkan berbagai aktivitas mahasiswa ke dalam SKS, diharapkan dapat mengurangi beban mahasiswa dalam menuntaskan masa studinya.
1. Dilakukan untuk menghubungkan dunia akademik dengan aktivisme kemahasiswaan yang selama ini terpisah
Arie Sujito mengatakan rencana tersebut adalah untuk menghubungkan antara dunia akademik dengan aktivisme kemahasiswaan yang selama ini terpisah. Aktivitas mahasiswa seperti kegiatan membantu korban bencana atau mampu berinovasi mengelola lahan pertanian dengan pendekatan pangan lokal, menurut Arie, merupakan contoh lain kegiatan di luar kampus yang layak diapresiasi.
"Mahasiswa yang mampu mengorganisasi kegiatan untuk pemberdayaan kelompok penyandang layak untuk diapresiasi dengan memberikan pengakuan secara akademik," ujar Arie.
2. Konversi aktivitas mahasiswa menjadi bobot SKS, sejalan dengan Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM)
Konversi kegiatan aktivis mahasiswa menjadi bobot SKS, menurut Arie sejalan dengan Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim. Ia berharap rencana itu dapat menjadi bagian terobosan perbaikan kualitas pendidikan tinggi dalam 100 hari kerja Rektor UGM periode 2022-2027.
"Ini segera kalau sudah siap, apakah (diterapkan) pada semester ini atau semester depan," kata Arie Sujito, Jumat (12/8/2022).
Baca Juga: Maba UGM Bentangkan Kertas 'Wadas Melawan' di Depan Ganjar
Baca Juga: UGM Bakal Luncurkan Prototipe Candi Borobudur Versi Metaverse
3. Aktivitas yang dilakukan mahasiswa di luar ruang akan mempersulit masa belajar di kampus
Tanpa memberikan pengakuan kegiatan aktivisme mahasiswa tersebut menjadi bobot SKS, menurut Arie, waktu mereka yang banyak tersita di luar kelas bakal mempersulit mahasiswa menuntaskan masa studi di kampus yang saat ini dibatasi.
"Ya kalau dulu lulus lama itu enggak apa-apa karena memang tidak ada batasnya bisa 9 tahun atau10 tahun gitu, tapi sekarang kan disemprit tiba-tiba bisa di-'DO' (droup out) kasihan kan. Padahal anak-anak ini sebetulnya pintar, talentanya kuat. Oleh karena itu, janganlah anak-anak bangsa yang punya kreativitas ini tidak dikreasikan lewat proses baru di tengah perubahan yang terjadi," pungkas Arie dikutip Antara.