Tiga Kenangan Marsiyem di Makam Wartawan Udin

Makam Udin menjadi lokasi ikonik kekerasan jurnalis 

Bantul, IDN Times – Peringatan 23 tahun kasus kematian wartawan Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin pada 2019 terus berlanjut. Pada tanggal 17 Agustus sore, Koalisi Masyarakat untuk Udin (K@MU) melakukan ziarahi mengunjungi makam Udin, yang terletak di pemakaman umum Dusun Gedongan, Desa Trirenggo, Kecamatan Bantul,

Mimik sedih dan haru selalu menggelayuti wajah Marsiyem, istri Udin tiap kali diundang untuk memperingati kasus Udin di makam itu. Dia mengaku sempat pasrah dengan kematian almarhum suaminya yang tak diungkap tuntas. Mengingat sudah lebih dari 20 tahun berlalu.

“Dalam hati kecil sering bertanya, apa iya akan terungkap? Saya hanya bisa berdoa,” kata Marsiyem.

1. Letak makam Udin satu desa dengan rumah dinas Bupati Bantul

Tiga Kenangan Marsiyem di Makam Wartawan UdinIDN Times/Pito agustin Rudiana

Lokasi makam Udin persis di sebelah kiri pintu gerbang Tempat Pemakaman Umum (TPU) Gedongan. Nisannya dari marmer putih dengan cekungan di bagian tengah diisi dengan bebatuan. Nama serta tanggal lahir dan wafatnya yang dipahat pada batu nisan dengan diberi warna hitam telah nyaris pudar. Menyisakan pahatan putih yang mesti mendekat agar bisa dibaca.

Kedua orang tua Udin, Duchori alias Mbah Wagiman Jenggot dan Mujilah juga dimakamkan di sana. Tepatnya di sisi timur makam Udin. Lokasi makam hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumah orang tua Udin.

Makam Udin, hanya setengah kilometer dari rumah dinas Bupati Bantul. Rumah dinas itu pun berdekatan dengan kantor Komando Distrik Militer (Kodim) Bantul.

Baca Juga: Ciptakan Poster Wartawan Udin, Andre Antitank Terinspirasi Che Guevara

2. Peziarah meluber ketika prosesi pemakaman jenazah Udin

Tiga Kenangan Marsiyem di Makam Wartawan UdinIDN Times/Pito Agustin Rudiana

Marsiyem masih ingat, peziarah membeludak ketika prosesi pemakaman jenazah Udin dilangsungkan. Pemakaman yang tak seberapa luas itu tak mampu menampung peziarah yang meluber hingga ke jalanan.

Sementara jalanan pun dipenuhi aneka kendaraan milik peziarah yang diparkir hingga membentuk barisan yang memanjang. Lalu lintas pun macet. Peziarah sampai memutar jauh untuk meninggalkan lokasi pemakaman.

“Dan setelah Pak Din dimakamkan, saya berulang kali dipanggil ke kantor polisi. Sampai tak terhitung,” kata Marsiyem.

Tiap kali dipanggil ke Kantor Kepolisian Resor Bantul pun, Marsiyem datang seorang diri.“Diminta penyidik datang sendiri, gak boleh ditemani,” kata Marsiyem.

 

3. Makam Udin menjadi lokasi ikonik untuk memperingati kasus-kasus kekerasan jurnalis

Tiga Kenangan Marsiyem di Makam Wartawan UdinIDN Times/Pito Agustin Rudiana

Makam Udin tak sekedar menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi Udin. Namun juga menjadi lokasi ikonik bagi sejumlah aktivis, jurnalis, dan seniman untuk memperingati momentum kekerasan yang menimpa jurnalis. Tujuannya adalah untuk mengingatkan aparat penegak hukum dan negara, bahwa pelaku penganiaya Udin hingga tewas belum diungkap tuntas. 

Acara yang rutin digelar di makam Udin adalah peringatan kasus kematian Udin yang digelar tiap 16 Agustus. Beberapa kali mereka berziarah untuk memperingati Hari Kebebasan Pers Internasional tiap 3 Mei. Bahkan deklarasi pembentukan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers Yogyakarta juga dilakukan di depan makam Udin pada 4 Januari 2013. Marsiyem selalu diundang untuk menghadirinya.

Mereka memasang spanduk dan belasan poster bergambar Udin di makam itu selama acara berlangsung. Selain melakukan refleksi, doa bersama, dan tabur bunga, sejumlah seniman pernah membaca puisi di sana.

Baca Juga: Ini Tokoh Pahlawan Nasional yang Berjuang sebagai Jurnalis & Penulis

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya