Kisah Tragis DMZ Call of Duty: Harapan Besar yang Kini Dilupakan

- Awal penuh harapan: DMZ lahir dari konsep unik open-world dengan misi survival dan tactical gameplay mirip Escape from Tarkov, menarik perhatian sejak 2018.
- Masa keemasan: Dirilis bersamaan dengan Warzone 2, DMZ mencuri perhatian dengan gameplay penuh ketegangan, faction missions kompleks, dan konten baru di Season 3 dan 4.
- Titik balik: Masalah ekonomi dan perilaku AI yang tidak konsisten membuat DMZ kehilangan popularitas, hingga akhirnya support dihentikan pada Desember 2023.
Call of Duty dikenal dengan mode multiplayer dan battle royale-nya, tapi pada 2022 Activision mencoba hal berbeda lewat DMZ. Mode extraction shooter ini hadir dengan konsep unik: masuk ke zona berbahaya, selesaikan misi, lalu kabur membawa loot berharga. Setiap keputusan terasa menegangkan, dan setiap berhasil melakukan extraction adalah kemenangan kecil yang memuaskan.
Sayangnya, kejayaan DMZ tidak berlangsung lama. Hanya dua tahun setelah diluncurkan, mode ini ditinggalkan tanpa update lebih lanjut. Padahal, DMZ sempat jadi buah bibir di komunitas gaming. Bagaimana perjalanan DMZ dari awal penuh harapan hingga berakhir sebagai mode yang dilupakan? Yuk, kita bahas!
1. Awal penuh harapan: Lahirnya DMZ

DMZ bukanlah mode yang dibuat mendadak. Jeff Smith, direktur desain multiplayer Infinity Ward, mengungkapkan bahwa prototipe DMZ sudah dikerjakan sejak 2018, bahkan sebelum Warzone pertama rilis. Setelah empat tahun pengembangan, mode ini akhirnya diperkenalkan pada ajang Call of Duty Next, 15 September 2022.
Konsepnya langsung menarik perhatian: peta open-world dengan objektif misi yang bisa diselesaikan squad kecil. Tidak seperti battle royale yang fokus pada "last man standing," DMZ lebih menekankan strategi survival dan tactical gameplay mirip Escape from Tarkov. Pemain ditantang untuk memilih misi, mencari loot, lalu kabur hidup-hidup dari zona berbahaya.
2. Masa keemasan: DMZ mencuri perhatian

Saat resmi dirilis bersamaan dengan Warzone 2 pada 16 November 2022, DMZ langsung meledak popularitasnya. Meskipun masih berstatus "beta," mode ini jadi favorit streamer dan content creator. Gameplay yang penuh ketegangan, faction missions yang kompleks, dan stakes yang tinggi membuat DMZ terasa segar dibanding mode lain di Call of Duty.
Puncak kejayaan terjadi di Season 3 dan 4 tahun 2023. Season 3 membawa barter system, workbench untuk customize senjata, dan tiga jenis vests dengan keunggulan unik. Ditambah hadirnya Kosha Complex, bunker misterius dengan boss menantang, DMZ benar-benar menawarkan pengalaman baru. Season 4 melanjutkan hype lewat Forward Operating Base (FOB) yang membuat progression lebih ramah bagi pemain casual.
3. Titik balik: Masalah mulai muncul

Sayangnya, kesuksesan itu tidak bertahan lama. Salah satu masalah utama ada di sistem ekonomi yang terasa setengah matang. Tidak ada inventory system mendalam, trading, atau vendors yang membuat loot terasa berharga. Akibatnya, reward yang didapat tidak sebanding dengan effort besar pemain.
Permasalahan lain datang dari perilaku AI yang tidak konsisten. Terkadang mereka terlalu mudah, tapi di momen lain bisa menembak dengan akurasi tidak masuk akal. Balancing yang tidak stabil ini membuat banyak pemain frustrasi. Walaupun beberapa update mencoba memperbaiki, masalah mendasar ini tidak pernah benar-benar terselesaikan.
4. Akhir menyedihkan: Support dihentikan

Tanda-tanda penurunan DMZ semakin jelas di Season 5 dan 6. Konten baru yang ditambahkan tidak lagi sebesar sebelumnya, dan fokus gameplay mulai bergeser ke PvP daripada extraction. Mode ini perlahan kehilangan identitasnya sebagai tactical survival dan makin terasa seperti battle royale biasa.
Puncaknya, pada Desember 2023, Infinity Ward mengumumkan bahwa DMZ tidak akan lagi mendapat update baru. Tidak ada tambahan map, senjata, atau quest baru. Mode ini masih bisa dimainkan, tapi hanya dengan konten yang sudah ada. Pengumuman itu menjadi pukulan berat bagi komunitas yang sudah telanjur mencintai DMZ.
5. Legacy DMZ: Pelajaran berharga

Meski berakhir pahit, DMZ tetap meninggalkan jejak penting di dunia Call of Duty. Mode ini membuktikan bahwa Activision mampu berinovasi dengan menghadirkan pengalaman berbeda dari formula lama. Rasa tegang di setiap extraction dan kepuasan saat berhasil kabur akan selalu diingat oleh para pemainnya.
Namun, kegagalan DMZ juga jadi pelajaran besar. Game live-service butuh roadmap yang jelas, sistem yang matang, dan dukungan jangka panjang dari developer. Tanpa itu, bahkan konsep sebagus apapun akan sulit bertahan. Rumor tentang DMZ 2.0 di masa depan masih memberikan harapan, tapi masa lalu sudah jadi pengingat keras bagi pengembang.
DMZ adalah kisah tentang ambisi besar yang tidak dibarengi eksekusi jangka panjang. Mode ini pernah memberikan pengalaman tak terlupakan dengan gameplay penuh risiko dan reward. Tapi pada akhirnya, kurangnya dukungan membuat DMZ berakhir lebih cepat dari yang seharusnya.
Bagi banyak pemain, DMZ mungkin tinggal kenangan. Namun kenangan itu juga menjadi bukti bahwa Call of Duty bisa, suatu saat nanti, kembali menghadirkan inovasi yang berani. Mungkin bukan sekarang, tapi siapa tahu di masa depan, semangat DMZ akan hidup kembali dalam bentuk yang lebih matang.