Dorong Kelola Sampah dari Hulu, Waste Station Hadir di Jogja
- Pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab individu dan rumah tangga, didukung oleh inisiatif swasta seperti Danone dan Rekosistem.
- Waste Station di Yogyakarta menghadirkan inovasi dengan sistem poin reward untuk mendorong masyarakat memulai kebiasaan mendaur ulang.
- Kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat diharapkan dapat menciptakan perubahan positif dalam pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Yogyakarta, IDN Times - Pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk bagi individu, rumah tangga. Masyarakat di Kota Yogyakarta didorong dapat mengelola sampahnya dari hulu, untuk mendukung sektor pariwisata.
Dukungan pengelolaan sampah juga dilakukan pihak swasta. Salah satunya dilakukan Danone dan Rekosistem yang menghadirkan Waste Station di Gedung Gramedia, Jalan Sudirman Yogyakarta.
Waste Station menjadi salah satu inovasi utama Rekosistem dalam mengumpulkan sampah daur ulang. Fasilitas ini dirancang untuk mendorong masyarakat memulai kebiasaan mendaur ulang dengan sistem poin reward.
Untuk mempermudah prosesnya, pengguna dapat mengunduh aplikasi Rekosistem melalui Google Play Store atau App Store sebelum menyetor sampah. Sampah yang dikumpulkan bisa ditukar dengan voucher belanja atau saldo e-wallet sebagai bentuk apresiasi.
Selain itu, Waste Station Rekosistem terhubung dengan berbagai bank sampah, outlet dan retail penjual AQUA, serta AQUA Home Service (AHS). Dengan hadirnya fasilitas ini di kota pelajar, AQUA dan Rekosistem berharap dapat membangun kebiasaan memilah dan menyetor sampah, meningkatkan tingkat daur ulang, serta menciptakan ekosistem yang lebih berkelanjutan.
1.Pengelolaan sampah dengan berbasis ekonomi sirkular
Sekretaris Menteri Pariwisata, Bayu Aji, mengapresiasi inisiatif Rekosistem dan AQUA dalam menghadirkan Waste Station di Yogyakarta sebagai bagian dari solusi ekonomi sirkular. Menurutnya, kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat menjadi langkah nyata dalam menciptakan perubahan positif.
“Dengan adanya Waste Station, kita tidak hanya memberikan fasilitas bagi masyarakat untuk memilah dan mendaur ulang sampah, tetapi juga membangun ekosistem yang mendukung pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa Kementerian Pariwisata bekerja sama dengan pemerintah daerah, komunitas pegiat sampah, serta pengelola destinasi wisata dalam program pengurangan dan pengelolaan sampah. Pendampingan ini mencakup aksi rutin pembersihan sampah di sekitar destinasi wisata.
Bayu menambahkan, pengelolaan sampah yang baik juga berkontribusi pada pengembangan pariwisata. “Kenyamanan salah satu faktor penentu untuk wisatawan domestik, mancanegara,” ucap Bayu.
2.Pengelolaan sampah dapat mendukung wisata
Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup, Ade Palguna Ruteka, menegaskan bahwa kebersihan menjadi faktor penting dalam mendukung destinasi wisata.“Destinasi wisata harus bersih, jika mau spending wiatawan lebih,” ujar Ade.
Ade mengingatkan bahwa masih banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap dampak sampah, sehingga sering membuangnya sembarangan. Menurutnya, masalah sampah merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah daerah. “Tidak hanya kabupaten/kota, tapi tanggung jawab kita,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, menyambut baik upaya pengelolaan sampah yang lebih menyeluruh. Pemkot Yogyakarta mendorong pengelolaan sampah dari hulu, bukan hanya di hilir.
“Penguatan pengelolaan sampah di hilir. Apa yang diinisiasi Danone memberikan inspirasi pengelolaan sampah tidak hanya di hilir tapi di hulu. Sampah yang dihasilkan di Kota Yogyakarta, 20 persen mampu direduksi,” ujarnya.
3.Waste station dukung pengelolaan sampah
Public Affairs and Sustainability Director Danone Indonesia, Astri Wahyuni, mengatakan bahwa peluncuran Waste Station ini sejalan dengan komitmen AQUA #BijakBerplastik yang berfokus pada tiga pilar utama, yaitu pengumpulan, edukasi, dan inovasi.
“Kolaborasi antara AQUA dan Rekosistem ini merupakan bukti nyata komitmen AQUA untuk mengumpulkan dan mengelola sampah, khususnya kemasan produk pasca-konsumsi. Ini juga sekaligus memenuhi tanggung jawab kami sebagai produsen, yang diperluas (Extended Producer Responsibility). Selaras dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen,” kata Astri.
Sementara itu, CEO dan Co-Founder Rekosistem, Ernest Layman, menilai bahwa kebijakan desentralisasi pengelolaan sampah yang diterapkan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah cukup baik. Namun, ia mengakui masih ada tantangan, terutama pada beberapa depo sampah yang mengalami penumpukan akibat keterbatasan fasilitas pengolahan.
“Namun, tantangan masih ada. Beberapa depo sampah mengalami penumpukan akibat keterbatasan fasilitas pengolahan yang belum optimal. Rekosistem adalah startup teknologi iklim yang memberikan solusi digital untuk sirkular ekonomi, kehadiran Waste Station AQUA dan Rekosistem untuk mengurangi sampah di hulu dengan mengajak masyarakat melakukan daur ulang sampah anorganiknya”, ujar Ernest.