Ongkos Penyiraman Air Tambah Beban Petani Sayur Sawi di Bantul 

Menanam di musim kemarau petani harus keluarkan biaya ekstra

Bantul, IDN Times - Ptani sayur di Desa Selopamioro, Imogiri, Kabupaten Bantul gigit jari. Pasalnya harga jual sayur sawi saat panen raya tak mampu menutup biaya produksi yang meliputi pengeluaran untuk lahan pembelian bibit, pupuk, obat-obatan hingga biaya pengairan lahan sayur.

Baca Juga: Mendekati Panen Raya, Petani Bawang Merah di Bantul Justru Resah

1. Harga per kilogram sawi hanya Rp2.500‎

Ongkos Penyiraman Air Tambah Beban Petani Sayur Sawi di Bantul Ilustrasi sayur sawi harganya jatuh. Pexels/buenosia carol

Salah satu petani sayur sawi, Mbah Bakir (74) mengaku petani menjual ke pengepul hanya dihargai Rp2.500 per kilogramnya. Menurutnya harga tersebut sangat rendah dan tidak cukup untuk menutup biaya tanam dan perawatan selama 40 hari.

"Ya petani sayur di sini merugi karena harga jatuh dan tidak mampu menutup biaya tanam," katanya, Minggu (15/12).

2. Ongkos penyiraman air untuk tanaman sayur semakin merugikan petani‎

Ongkos Penyiraman Air Tambah Beban Petani Sayur Sawi di Bantul Ilustrasi petani sedang menyiram air pada lahan pertanian. IDN Times/Daruwaskita

Menurutnya ongkos yang dikeluarkan cukup banyak adalah biaya untuk pangairan lahan sayur karena saat ini musim kemarau sehingga harus membeli air untuk penyiraman.

Harga air terbilang tidak murah, untuk satu jam pengairan dengan pompa petani harus mengeluarkan biaya hingga Rp25 ribu. Padahal rata-rata petani membutuhkan 2 jam dalam sekali siram. 

"Jadi untuk membeli air saja Rp50 ribu selama 2 jam, padahal harus menyiram sebanyak 20 kali sebelum masa panen. Kalau ditambah biaya pengolahan tanah, pupuk hingga tenaga maka sama sekali tidak menutup," katanya lagi.

3. Resiko menanam sayur dimusim kemarau adalah biaya penyiraman air mahal‎

Ongkos Penyiraman Air Tambah Beban Petani Sayur Sawi di Bantul Muginem petani sayur di Desa Selopamioro sedang memanen sayur sawi. IDN Times/Daruwaskita

Petani sayur sawi lainnya, Muginem mengamini apa yang dikatakan Mbah Bakir. Petani yang kini berusia 75 tahun ini mengaku menanam saat musim kemarau. Hal ini yang membuat pengeluaran menjadi mahal. 

"Kalau hitungan jelas rugi, namun mau bagaimana lagi," ungkapnya pasrah.‎

Baca Juga: Petani Bantul Sukses Uji Coba Budidaya Mina Padi

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya