Cerita Citaku Dorong Akses Pendidikan Bagi Anak Marginal di Jogja

- Kegiatan perdana Cerita Citaku melibatkan 40 siswa berusia 6–12 tahun dari Sekolah Cinde dan Sekolah Gajahwong di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM).
- Ruang belajar inklusif memperkenalkan berbagai profesi serta keterampilan yang diperlukan untuk mencapai profesi tersebut, sebagai langkah awal menuju pendidikan formal.
- Empower Indonesia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat dalam memperluas gerakan pemberdayaan ini agar setiap anak di Indonesia mendapatkan kesempatan belajar yang setara.
Yogyakarta, IDN Times - Dalam momentum peringatan Hari Anak Sedunia, Empower Indonesia meluncurkan gerakan sosial bertajuk “Cerita Citaku” sebagai upaya mendorong akses pendidikan yang lebih inklusif bagi anak-anak marginal di Yogyakarta. Peluncuran ini menjadi refleksi penting bahwa hak atas pendidikan yang layak masih menjadi tantangan bagi banyak anak Indonesia.
Gerakan “Cerita Citaku” hadir sebagai respons terhadap masih tingginya angka anak yang belum terjangkau pendidikan formal di Yogyakarta. Berdasarkan data BPS 2024, terdapat 70,22 ribu anak yang belum mengenyam pendidikan formal dan 40,26 ribu anak yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar. Kondisi ekonomi serta ketiadaan dokumen identitas menjadi faktor utama yang menghambat pendaftaran mereka ke sekolah formal.
1. Ruang belajar inklusif

Kegiatan perdana Cerita Citaku akan melibatkan 40 siswa berusia 6–12 tahun dari Sekolah Cinde dan Sekolah Gajahwong. Mengusung tema “Berani Bercita, Berani Bercerita”, kegiatan ini diselenggarakan di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM), Sabtu (22/11/2025).
Kegiatan ini dirancang sebagai ruang belajar inklusif yang memperkenalkan berbagai profesi seperti arsitek, astronaut, guru, dan profesi lain yang relevan. Melalui kegiatan ini, anak-anak diajak memahami keterampilan yang diperlukan serta mata pelajaran yang perlu dikuasai untuk mencapai profesi tersebut.
2. Jembatani menuju pendidikan formal

Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk menjembatani mereka menuju pendidikan formal sekaligus memperkuat karakter, kreativitas, dan kepercayaan diri. Cerita Citaku diharap juga terus berkembang.
“Aku hanya punya satu harapan untuk Cerita Citaku, semoga komunitas ini terus berkembang dalam memperjuangkan kesetaraan pendidikan, dan sedikit demi sedikit mampu menghadirkan dampak yang nyata bagi setiap anak dan setiap sekolah,” ucap Inisiator Cerita Citaku, Faliya.
3. Ajak kolaborasi berbagai pihak

Co-founder Empower Indonesia, Khansa Khalisha, menyampaikan melalui kegiatan ini, pihaknya ingin membuka ruang bagi siapa pun untuk ikut mendorong terciptanya pendidikan yang lebih inklusif. “Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat, berkolaborasi, dan bersama-sama memperluas gerakan pemberdayaan ini agar setiap anak di Indonesia mendapatkan kesempatan belajar yang setara,” ungkap Khansa.
Empower Indonesia berharap kegiatan ini dapat menjadi gerakan berkelanjutan yang memperluas dukungan terhadap pendidikan inklusif di Indonesia.


















