Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cegah Keracunan, Sultan Minta Kapasitas Produksi Makanan SPPG Dibatasi

Sri Sultan HB X (Dokumentasi Humas Pemda DIY)
Sri Sultan HB X (Dokumentasi Humas Pemda DIY)
Intinya sih...
  • Sultan menyarankan pembentukan sub-sub unit SPPG untuk membatasi kapasitas produksi harian MBG agar menghindari potensi keracunan pangan.
  • Pembagian pengerjaan MBG ke beberapa sub SPPG dapat mengurangi beban target harian, mencegah penurunan kualitas pangan, dan mempersingkat waktu pengolahan hingga penyajian.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X menyarankan dibentuk sub-sub unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk pembagian kapasitas target produksi harian Makan Bergizi Gratis (MBG).

Saran ini merespons Badan Gizi Nasional (BGN) yang mengevaluasi pelaksanaan MBG dengan mengurangi kapasitas target produksi harian SPPG dari tiga ribuan menjadi dua ribuan.

1. Jika masak hingga ribuan, dikhawatirkan potensi keracunan tetap ada

Ilustrasi MBG. (IDN Times/Tunggul Damarjati)
Ilustrasi MBG. (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Sultan berpendapat, potensi keracunan pangan belum sepenuhnya hilang saat satu unit SPPG masih dibebani kapasitas target produksi harian sebanyak dua ribu porsi.

"Kalau masaknya sampai dua ribu hanya satu kelompok, yang namanya (potensi) keracunan akan selalu terjadi," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Kamis (23/10/2025).

Sultan pun menawarkan solusi agar jatah dua ribu porsi itu dibagi pengerjaannya oleh beberapa sub SPPG. "Sekarang sebetulnya kalau saya pengertiannya tiga ribu atau dua ribu (porsi) dalam satu unit, atau memang dua ribu itu dibagi dalam beberapa sub bagian," ucapnya.

2. Masak dibagi-bagi, penurunan kualitas bisa diantisipasi

Sultan menyontohkan, apabila pengerjaan MBG dibagi ke setidaknya 10 atau bahkan 40 sub SPPG maka akan mengurangi beban target harian.

#Dengan cara ini, kata Sultan, satu unit SPPG hanya mengolah sekitar 200-50 porsi per harinya. Beban kerja berkurang dan poin pentingnya, jarak antara waktu pengolahan makanan dan penyajiannya tidak terlalu lama.

"Hindarilah masak itu jauh waktunya untuk matang sama untuk makannya," kata Sultan.

Selain itu, potensi penurunan kualitas pangan bisa diantisipasi. Pasalnya, bahan-bahan makanan disimpan tak terlalu lama sejak dibeli dan diolah saat kondisinya masih segar.

3. Sri Sultan mengaku paham urusan dapur

IMG_7845.jpeg
Siswa dapat menu MBG nasi ungu (IDN Times/Istimewa)

Sultan berujar, para penjamah makanan di setiap dapur SPPG juga harus dibekali pemahaman soal pola masak dan daya tahan makanan. Terlebih, bagi mereka yang bukan berlatar belakang dari pekerja profesional jasa boga.

Raja Keraton Yogyakarta itu yakin persoalan keracunan pangan akibat MBG tidak serumit yang dibayangkan. Menurutnya tidak perlu repot dengan tenaga ahli, paling penting erpenting adalah memahami pola masak dan daya tahan makanan.

"Masalahnya saya bisa masak, sering masak di rumah. Kalau sekarang pejabatnya nggak pernah masak, nggak pernah ke dapur, nggak paham urusan dapur, diminta mengurus ya nggak paham," tutup Sultan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us

Latest News Jogja

See More

DIY Jadi Tuan Rumah Konferensi Internasional Tekstil dan Fashion 2025

23 Okt 2025, 18:45 WIBNews