Atasi Sedimentasi, 3 Sungai Besar di Kota Jogja Dikeruk hingga 2 Km

- Pengerukan material dilakukan di Sungai Code sepanjang 2 km, Sungai Gajahwong 500 meter, dan Sungai Winongo 500 meter hingga 1 km untuk mengatasi pendangkalan akibat sedimentasi.
- Material hasil pengerukan akan dimanfaatkan untuk mengurug lahan Pemkot Yogyakarta dan tidak boleh diperjualbelikan.
- Restorasi sungai menjadi agenda rutin dengan harapan kualitas aliran sungai dapat kembali bersih dan sehat serta menjadi bagian vital ruang kota.
Yogyakarta, IDN Times – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta bersama Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) resmi memulai restorasi tiga sungai besar yang melintasi kota. Langkah ini ditandai dengan acara soft launching di Bendung Mergangsan pada Minggu (24/8/2025).
Restorasi tersebut menjadi tindak lanjut dari Gerakan Bersih Sungai Kota Yogyakarta yang sebelumnya digelar pada 6 Juli 2025. Program ini fokus pada upaya mengatasi pendangkalan akibat sedimentasi yang sudah lama menjadi persoalan utama di Sungai Code, Winongo, dan Gajahwong.
1. Pengerukan material dengan alat berat

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengatakan bahwa sedimentasi membuat aliran air terganggu sehingga menurunkan kualitas air dan merusak ekosistem.
“Banyak sungai di Kota Yogya mengalami pendangkalan karena tertimbun material, sehingga aliran air terganggu. Kondisi ini jika dibiarkan akan menurunkan kualitas air dan merusak ekosistem sungai. Karena itu, perlu dilakukan pengerukan secara terukur menggunakan alat berat,” jelasnya dilansir laman resmi Pemkot Jogja.
Dua excavator dikerahkan ke titik rawan sedimentasi. Di Sungai Code pengerukan dilakukan sepanjang 2 kilometer, Sungai Gajahwong 500 meter, dan Sungai Winongo sekitar 500 meter hingga 1 km.
2. Material hasil pengerukan akan dimanfaatkan

Material yang terdiri dari lumpur, pasir, batu, dan endapan lainnya akan dibawa ke lahan milik Pemkot Yogyakarta. Hasto menegaskan bahwa material ini tidak boleh diperjualbelikan.
“Material pengerukan ini bisa digunakan untuk mengurug lahan Pemkot yang belum berfungsi, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Yang jelas, saya tegaskan material ini tidak boleh diperjualbelikan,” tegasnya.
3. Restorasi jadi agenda rutin

Hasto menyebut restorasi ini akan dilakukan setidaknya empat kali dalam setahun. Ia berharap kualitas aliran sungai dapat kembali bersih dan sehat sehingga bermanfaat bagi ekosistem maupun warga kota.
Pemkot menilai upaya ini menjadi langkah penting untuk menjaga keberlanjutan ekologi sungai. Dengan aliran yang lancar, sungai diharapkan dapat kembali menjadi bagian vital ruang kota.
Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan BBWSSO, Vicky Ariyanti, menambahkan, “Restorasi ini bukan sekadar pengerukan material. Kami ingin menghadirkan sungai sebagai ruang terbuka hijau yang hidup, asri, dan bisa dinikmati masyarakat. Harapannya, keberadaan Sungai Code, Winongo, dan Gajahwong ke depan dapat menjadi penyangga ekosistem sekaligus paru-paru kota.”