TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Forum R20 di Jogja Soroti Persekusi Terhadap Kelompok Minoritas

Isu minoritas menjadi masalah dalam hubungan antaragama

Agenda R20 di Yogyakarta, Jumat (4/11/2022). (IDN Times/Herlambang Jati)

Yogyakarta, IDN Times - Forum Agama G20 atau R20 yang diselenggarakan di Yogyakarta menyoroti praktik persekusi terhadap kelompok minoritas yang masih terjadi di berbagai negara.

1. Isu minoritas menjadi salah satu masalah dalam hubungan antaragama

Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla.IDNTimes/Istimewa

Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla mengatakan bahwa isu minoritas masih menjadi salah satu problem dalam hubungan antaragama di dunia.

"Setiap mayoritas melakukan persekusi meskipun persekusi bukan satu-satunya gambaran. Ada juga mayoritas umat melakukan hal-hal yang baik, mereka melindungi juga, tetapi ada juga elemen-elemen mayoritas yang melakukan persekusi," kata KH Ulil Abshar Abdalla, Sabtu (5/11/2022).

Baca Juga: Pemuka Agama Sedunia Serukan Agama sebagai Sumber Solusi Global

2. Kelompok minoritas hanya dipandang sebagai angka

Penyerahan bendera R20 ke tokoh agama India sebagai simbol penyerahan tuan rumah R20 2023 digelar di India, sekaligus simbol berakhirnya R20 di Bali, Kamis (3/11/2022). (Dok. LTN PBNU/Suwitno)

Cendekiawan yang karib disapa Gus Ulil memaparkan kelompok minoritas, sekadar dipandang secara angka, tetapi jarang dilihat dalam kebijakan yang diambil oleh para tokoh-tokoh dunia terhadap penderitaan yang dialami minoritas semua agama, tidak hanya Kristen, Hindu, ataupun Budha, tetapi juga minoritas Muslim.

Di negara India, menurut Ulil, Muslim justru yang menjadi korban persekusi dan salah satu kelompok yang diundang dalam pertemuan Forum R20. Semua agama memiliki problem minoritas sehingga perlu dibicarakan dengan jujur dan tidak selalu menggunakan pendekatan yang sekuler, yaitu pendekatan HAM.

"Jadi pendekatan HAM ini pendekatan yang penting tapi tidak memadai karena bahasa agama juga diperlukan. Bagaimana berdasarkan pemahaman masing-masing, terhadap tradisi kita masing-masing kita coba membangun sebut saja teologi minoritas," kata papar Ulil dikutip Antara. 

 

Baca Juga: R20 ke Jogja, Ajak Tokoh Dunia Lihat Toleransi di Indonesia

Berita Terkini Lainnya