4 Risiko Ikut Lari Maraton Tanpa Persiapan, Bisa Fatal!

- Maraton tanpa latihan dapat menyebabkan cedera serius pada otot dan sendi, terutama karena tekanan ekstrem yang tidak biasa bagi tubuh.
- Kehilangan cairan dan elektrolit saat berlari maraton tanpa persiapan bisa menyebabkan dehidrasi, heat stroke, atau ketidakseimbangan elektrolit yang mengganggu sistem saraf.
- Tubuh yang tidak siap secara kardiovaskular untuk lari maraton bisa mengalami gangguan irama jantung, rhabdomyolysis, hingga gagal ginjal akut jika otot bekerja terlalu keras.
Maraton atau lari jarak jauh bukan sekadar aktivitas fisik biasa, melainkan ujian ketahanan tubuh yang membutuhkan persiapan matang selama berbulan-bulan. Namun, banyak orang tergoda ikut maraton hanya karena tren atau tantangan tanpa mempertimbangkan kesiapan fisik. Padahal, tubuh manusia memerlukan adaptasi bertahap untuk menempuh jarak maraton.
Lari sejauh lebih dari 42 kilometer bukan hanya soal semangat saja. Tanpa latihan yang tepat, tubuh bisa mengalami tekanan ekstrem yang tak biasa, bahkan sampai menyebabkan cedera serius atau gangguan fungsi organ. Berikut ini beberapa risiko yang bisa terjadi jika kamu ikut maraton tanpa persiapan yang cukup.
1. Cedera otot dan sendi

Salah satu risiko paling umum dari maraton tanpa latihan adalah cedera pada otot dan sendi. Ketika tubuh dipaksa berlari dalam jarak jauh tanpa adaptasi bertahap, otot-otot besar seperti paha, betis, dan punggung bawah bisa mengalami overuse injury dan ketegangan. Selain itu sendi lutut dan pergelangan kaki akan terasa nyeri akibat tidak terlatih untuk menanggung beban besar selama berjam-jam.
Selain itu, postur lari yang salah atau sepatu yang tidak sesuai juga dapat memicu cedera tambahan. Pemula yang tidak terbiasa berlari akan sering mengalami shin splint, nyeri tumit, atau bahkan radang pada tendon. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa berlangsung berminggu-minggu hingga bulan dan mengganggu aktivitas harian.
2. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit

Tubuh kehilangan cairan dengan sangat cepat saat berlari, apalagi dalam durasi panjang dan suhu tinggi. Tanpa hidrasi yang cukup dan teratur, risiko dehidrasi meningkat drastis. Gejala dehidrasi bisa dimulai dari pusing, mual, hingga penurunan kesadaran. Dalam kasus berat, bisa menyebabkan heat stroke yang mengancam nyawa.
Tak hanya air, tubuh juga kehilangan elektrolit penting seperti natrium dan kalium melalui keringat. Ketidakseimbangan elektrolit dapat mengganggu kerja otot dan sistem saraf, menyebabkan kejang atau detak jantung tidak teratur. Maka dari itu, pelari yang terlatih biasanya mengonsumsi minuman elektrolit di titik-titik tertentu selama lomba.
3. Gangguan jantung mendadak

Meski terlihat bugar di luar, tidak semua orang siap secara kardiovaskular untuk menghadapi lari maraton. Tanpa persiapan yang cukup, jantung bisa bekerja terlalu keras dan memicu gangguan irama jantung (aritmia), terutama jika ada kondisi jantung tersembunyi yang belum terdeteksi. Hal ini bisa menyebabkan kolaps mendadak bahkan kematian.
Beberapa kasus pelari amatir yang kolaps di tengah atau akhir maraton pernah terjadi karena kurangnya pemeriksaan medis sebelumnya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan latihan kardio yang panjang sebelum mencoba lari maraton. Apalagi jika kamu berusia di atas 30 tahun atau memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung.
4. Kerusakan ginjal akibat rhabdomyolysis

Rhabdomyolysis adalah kondisi serius ketika serat otot yang rusak melepaskan protein beracun ke aliran darah. Hal ini bisa terjadi jika otot bekerja terlalu keras dan mengalami kerusakan ekstrem, yang umum dialami oleh pelari tanpa latihan cukup. Salah satu dampak terparah dari rhabdomyolysis adalah gagal ginjal akut.
Gejala awalnya meliputi nyeri otot ekstrem, urine berwarna gelap, dan rasa lemas. Namun jika tidak segera ditangani, racun dari kerusakan otot dapat menumpuk di ginjal dan menghentikan fungsinya. Ini bisa berujung pada perawatan intensif di rumah sakit atau bahkan dialisis.
Jika kamu berniat untuk ikut lari maraton, usahakan untuk berlatih setidaknya 4-6 bulan sebelumnya. Pastikan untuk mempersiapkan diri dengan latihan rutin, pola makan yang baik, serta konsultasi medis. Ingat, selamat sampai garis finish dalam kondisi sehat jauh lebih penting.