4 Film Pendek Sineas Lokal Premier di Jogja Film Pitch & Fund 2025

- Jogja Film Pitch & Fund 2025 di Empire XXI Yogyakarta menampilkan empat film pendek karya sineas lokal hasil fasilitasi Dana Keistimewaan.
- Program ini bertujuan merawat ekosistem perfilman, mempersiapkan sumber daya manusia di bidang perfilman, dan melatih kepekaan sosial serta kental dengan nilai-nilai Jogja.
- Film yang ditayangkan perdana adalah "Cerita Sepanjang Jalan", "Kholik", "Wali", dan "Saat Lanjut Usia" yang masing-masing mengangkat cerita unik tentang kehidupan di Yogyakarta.
Yogyakarta, IDN Times - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menunjukkan eksistensinya sebagai tempat tumbuhnya karya film berkualitas. Bertempat Empire XXI Yogyakarta, Gala Premier Jogja Film Pitch & Fund 2025 menjadi ajang peluncuran empat film pendek karya sineas lokal hasil fasilitasi Dana Keistimewaan.
Tak sekadar perayaan kreatif, acara ini juga menjadi bentuk pertanggungjawaban atas penggunaan Dana Keistimewaan Tahun Anggaran 2024, sekaligus menegaskan bahwa sinema lokal di Yogyakarta terus bertumbuh dengan akar yang semakin kuat.
“Gala premier ini bukan sekadar selebrasi karya, melainkan bentuk pertanggungjawaban kreatif kepada publik—bahwa sinema lokal bisa tumbuh dan berbicara dengan bahasa serta identitasnya sendiri,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, dalam konferensi pers, Kamis (24/4/2025).
1. Ajang untuk mempersiapkan SDM lokal di industri film

Dian menyampaikan bahwa ada beberapa tujuan utama dari pelaksanaan program ini. Pertama, pihaknya ingin terus merawat ekosistem perfilman di Yogyakarta bersama para sineas dan komunitas film lokal agar tetap hidup dan berkembang.
“Kami ingin bersama dengan para filmmaker, teman-teman komunitas perfilman di Daerah Istimewa Yogyakarta, selalu menjaga ekosistem pemeliharaan dan pengembangan perfilman di DIY,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dian menambahkan bahwa program ini juga bertujuan mempersiapkan sumber daya manusia di bidang perfilman agar siap memasuki industri secara profesional.
2. Diharapkan jadi ciri khas Jogja

Perwakilan Kurator Jogja Film Pitch & Fund, Dwi Sujanti Nugraheni, mengungkapkan bahwa proses kurasi film dilakukan melalui beberapa tahapan. Dari total 34 proposal yang diterima, disaring melalui sesi pitching dan tanya jawab.
“Delapan proposal terpilih kemudian masuk ke tahap one-on-one meeting untuk pendalaman ide filmnya. Pada proses ini biasanya ketahuan seberapa dalam filmmaker benar-benar memahami filmnya. Kemudian, akhirnya terpilih empat film yang diputar," ucapnya.
Heni menambahkan bahwa proses seleksi tak hanya menilai kualitas ide film, tetapi juga mempertimbangkan komitmen para pembuatnya. Tim kurator secara khusus memilih filmmaker yang dinilai memiliki potensi besar dan niat kuat untuk terus berkarya di industri film.
Ia juga berharap, ajang ini bisa menghasilkan film yang melatih kepekaan sosial sekaligus kental dengan nilai-nilai Jogja. "Seperti film Iran, kelihatan banget itu film Iran. Kita pengen seperti itu, suatu saat menonton, oh, film Jogja, sehingga hasilnya bisa menjadi signature dari Jogja," imbuh dia lagi.
3. Empat film yang terpilih

Berikut ini empat film yang ditayangkan perdana dalam ajang Jogja Film Pitch & Fund 2025:
1. Cerita Sepanjang Jalan
Film dokumenter berdurasi 37 menit ini disutradarai oleh Febfi Setyawati. Cerita mengikuti kehidupan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus di Yogyakarta bersama mobil siaga Untuk Teman yang menemani aktivitas mereka. Film ini merekam sisi kemanusiaan dalam keseharian komunitas, memperlihatkan peran solidaritas dan semangat saling mendukung dalam menghadapi berbagai keterbatasan.
2. Kholik
Mandella Majid menghadirkan film fiksi berdurasi 17 menit yang menggambarkan ironi sosial lewat tokoh Kholik, yang mengklaim telah melihat UFO. Namun, warga di sekitarnya percaya bahwa yang ia lihat adalah pulung gantung, tanda akan datangnya bencana. Melalui cerita ini, film menyoroti konflik antara kepercayaan lokal dan rasionalitas dalam kehidupan masyarakat.
3. Wali
Disutradarai oleh Jihad Adje, film fiksi berdurasi 23 menit ini mengangkat dinamika keluarga yang dibayangi masa lalu. Seorang perempuan muda bersikeras agar ayah kandungnya yang pernah menjadi tahanan politik tetap menjadi wali nikahnya. Cerita ini menyinggung isu rekonsiliasi dan pentingnya menerima bagian kelam dalam sejarah pribadi seseorang.
4. Saat Lanjut Usia
Film fiksi garapan Khusnul Khitam ini berdurasi 30 menit dan berfokus pada tiga orang lansia yang menghadapi perubahan dalam hidup mereka. Sebuah perjalanan menuju pantai menjadi ruang refleksi tentang perpisahan, kesepian, dan makna kebersamaan di usia senja.