10 Anime Shonen yang Sebaiknya Selesai Satu Season Saja

Anime shonen dikenal dengan serialnya yang sangat panjang, mencapai ratusan episode dan berlanjut selama bertahun-tahun. Banyak dari judul-judul tersebut telah menjadi ikon dalam dunia anime, bahkan mengubah lanskap industri ini secara signifikan. Namun, terkadang terlalu banyak bukanlah hal yang baik. Meskipun penggemar umumnya menginginkan lebih banyak episode dari serial favorit mereka, ada beberapa anime shonen yang mungkin lebih baik jika hanya memiliki satu musim saja.
Pada umumnya, anime shonen memang mendapatkan manfaat dari dua musim atau lebih. Dengan alur cerita yang rumit dan banyaknya karakter yang terlibat, beberapa musim diperlukan untuk memberikan kesimpulan yang memuaskan. Namun, dalam beberapa kasus, penambahan musim justru dapat mengurangi kualitas sebuah serial. Entah karena konten pengisi yang tidak perlu yang memperlambat alur cerita atau karena alur yang semakin rumit sehingga membuat penonton bingung, beberapa anime shonen berikut ini justru menjadi kurang berkesan karena durasi yang terlalu panjang.
1. Boruto: Lebih baik sebagai serial Slice of Life singkat

Ketika Naruto mencapai akhir yang epik, para penggemar tentu mengharapkan sebuah penutup yang memuaskan. Namun, mereka justru dikejutkan dengan kehadiran Boruto: Naruto Next Generations, sekuel yang melanjutkan petualangan generasi ninja baru, terutama Boruto Uzumaki, putra dari Naruto yang legendaris. Meskipun awalnya disambut dengan antusiasme, Boruto perlahan namun pasti mengecewakan banyak penggemar setia.
Salah satu kritik terbesar terhadap Boruto adalah bagaimana ceritanya justru merusak pencapaian yang telah dibangun Naruto. Karakter-karakter ikonik dari seri sebelumnya mengalami penurunan kekuatan dan alur cerita menjadi semakin rumit, bahkan terkesan mengabaikan esensi dari cerita asli. Boruto pada akhirnya terasa seperti pengulangan yang kurang berkualitas dari Naruto.
Sebagai gantinya, serial ini seharusnya dikemas sebagai slice of life pendek yang menggambarkan kehidupan para pahlawan dalam membesarkan anak-anak mereka dan menikmati kedamaian yang telah mereka perjuangkan dengan susah payah. Pendekatan ini tidak hanya akan memberikan nuansa berbeda dari cerita asli, tetapi juga akan memberikan kepuasan tersendiri bagi para penggemar untuk melihat sisi lain dari kehidupan para ninja yang telah mereka kenal dan cintai.
2. Inuyasha: Serial ikonik yang terlalu panjang akibat episode filler

Sebagai salah satu anime paling terkenal di era 2000-an, Inuyasha menjadi favorit di kalangan penggemar shonen. Namun, di balik popularitasnya, serial ini menuai kritik karena durasi penayangannya yang berkepanjangan, terutama karena banyaknya episode filler yang disisipkan. Episode filler, yang tidak berhubungan langsung dengan alur cerita utama, seringkali dianggap mengganggu oleh penggemar anime, bahkan beberapa episode saja dapat menimbulkan rasa frustrasi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyaknya episode filler dalam Inuyasha meninggalkan kesan negatif bagi sebagian penggemar.
Meskipun beberapa episode filler Inuyasha menawarkan cerita yang menarik, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan filler tersebut memakan terlalu banyak waktu tayang. Penonton seringkali kesulitan mengikuti alur cerita utama karena terpecah-pecah oleh banyaknya episode filler yang disisipkan. Jika episode filler dihilangkan, serial ini akan menjadi jauh lebih ringkas. Bahkan, ada kemungkinan cerita Inuyasha dapat diselesaikan dalam satu musim saja, dengan catatan jumlah episode mencukupi untuk merangkum seluruh plot dengan tempo yang pas.
3. Detective Conan: Plot sederhana yang ideal untuk satu musim saja

Sebagai salah satu anime terpanjang yang pernah ada, sulit membayangkan Detective Conan hanya memiliki satu musim. Dengan lebih dari 1.000 episode, serial ini telah mencapai skala yang luar biasa dan terus berlanjut tanpa tanda-tanda akan berakhir. Selama beberapa dekade, Detective Conan berhasil mempertahankan daya tariknya di mata penonton. Namun, jika dicermati, sulit untuk memahami alasan di balik umur panjang serial ini, mengingat premis ceritanya yang tergolong sederhana.
Bahkan setelah berjalan selama bertahun-tahun, alur cerita Detective Conan tetap mudah diikuti. Meskipun telah melewati 1.000 episode, tidak banyak perubahan signifikan yang terjadi. Hal ini membuat cerita terkesan bertele-tele, bahkan menimbulkan pertanyaan di benak banyak orang, apakah Shinichi akan berhasil menemukan penawar untuk kondisinya atau menangkap dalang di balik semua kejadian ini. Dengan plot yang relatif sederhana, Detective Conan sebenarnya lebih cocok untuk diakhiri dalam satu musim saja.
4. Black Butler II: Mengecewakan setelah kesuksesan musim pertama

Kesuksesan besar musim pertama Black Butler membuka jalan bagi kehadiran musim kedua. Namun, sayangnya, Black Butler II gagal memenuhi ekspektasi yang telah dibangun oleh pendahulunya dalam hampir semua aspek. Karena anime telah menyusul alur cerita manga saat itu, musim kedua terpaksa menghadirkan cerita non-kanon yang sepenuhnya orisinal. Faktor ini saja sudah cukup membuat sebagian besar penggemar kecewa, ditambah lagi dengan kehadiran karakter-karakter baru yang kurang menarik dibandingkan musim pertama.
Akibatnya, Black Butler II mendapat reputasi buruk sebagai sekuel yang mengecewakan dari adaptasi anime yang sebelumnya brilian. Banyak penggemar yang berpendapat bahwa serial ini seharusnya berakhir dengan manis di musim pertama, dan beberapa masih memegang pandangan ini hingga kini. Untungnya, manga Black Butler terus berlanjut dan adaptasi-adaptasi selanjutnya tetap setia pada cerita aslinya. Namun demikian, hal ini tidak menghapus noda yang terlanjur menempel pada reputasi anime Black Butler di mata penggemar lama.
5. One Punch Man: Penurunan kualitas di musim kedua

One Punch Man merupakan salah satu anime paling sukses di tahun 2015, bahkan menjadi fenomena global. Serial ini menghadirkan konsep yang segar, dengan parodi cerdas terhadap genre shonen dan stereotip pahlawan super yang berhasil memikat hati penggemar. Dengan popularitas yang melesat, produksi musim kedua menjadi langkah yang tak terelakkan. Namun, One Punch Man musim kedua justru mengalami kegagalan besar dan menimbulkan pertanyaan tentang masa depan serial ini.
Perbedaan paling mencolok antara dua musim pertama adalah penurunan kualitas animasi yang drastis. Bagi banyak penonton, hal ini sudah cukup menjadi alasan untuk berhenti mengikuti serial ini. Namun, masalah tidak hanya berhenti di situ. Musim kedua juga dikritik karena terlalu banyak karakter yang justru mengaburkan peran para pahlawan utama, serta keputusan penulisan yang membingungkan penonton. Meski masih ada harapan kualitasnya membaik pada musim berikutnya, beberapa penggemar tetap berpendapat bahwa One Punch Man seharusnya berakhir di puncak kesuksesan setelah musim pertama.
6. Tokyo Ghoul: Kejatuhan yang tak terelakkan setelah musim kedua

Sebelum maraknya anime shonen bertema gelap modern, Tokyo Ghoul telah menjadi sensasi berkat kisahnya yang suram dan mencekam. Serial ini berhasil memadukan elemen-elemen klasik shonen dengan nuansa horor dan psikologis, menciptakan pengalaman menonton yang tak tertandingi. Penggemar anime jatuh hati pada premisnya yang gelap, diperkaya oleh karakter-karakter yang mendalam, terutama protagonis Kaneki Ken, yang transformasinya sepanjang cerita menjadi daya tarik utama. Sayangnya, kesuksesan besar musim pertama Tokyo Ghoul tidak berlanjut di musim keduanya.
Dikenal sebagai Tokyo Ghoul √A, musim kedua justru mengambil arah yang berlawanan dari alur cerita asli manga. Keputusan kontroversial ini secara praktis menghancurkan kelanjutan serial ini, termasuk perkembangan karakter Kaneki Ken yang sebelumnya begitu menjanjikan. Meskipun musim-musim berikutnya berusaha untuk memperbaiki kesalahan ini, kerusakan telah terlanjur terjadi. Banyak penggemar yang merasa bahwa Tokyo Ghoul seharusnya mengakhiri perjalanannya dengan gemilang setelah musim pertama yang memukau.
7. The Seven Deadly Sins: Kualitas menurun setelah awal yang menjanjikan

Sebagai salah satu judul anime shonen yang ikonik, The Seven Deadly Sins telah mencuri perhatian sejak kemunculannya di era 2010-an dan tetap populer hingga saat ini. Namun, sebagian besar penggemar mungkin akan lebih memilih versi manga daripada adaptasi anime-nya. Hal ini disebabkan oleh penurunan kualitas yang signifikan yang dialami oleh serial anime ini seiring berjalannya waktu. Awalnya, The Seven Deadly Sins mendapatkan sambutan yang positif sebagai adaptasi yang solid dan memuaskan. Namun, sayangnya, kualitas anime ini merosot dengan cepat.
Meskipun musim kedua masih terbilang baik, perubahan dalam proses produksi mengakibatkan penurunan kualitas yang sangat drastis pada musim ketiga, yang sulit untuk diabaikan oleh para penggemar. Serial ini menampilkan visual yang sangat buruk, bahkan dianggap sebagai salah satu yang terburuk di antara anime-anime yang tayang pada masa itu. Selain itu, The Seven Deadly Sins juga mengalami masalah pacing yang parah, bahkan sampai melewati beberapa arc penting dari manga. Tidak mengherankan jika kekecewaan besar melanda para penggemar akibat adaptasi anime yang terburu-buru dan tidak rapi ini. Dengan kualitas yang menurun tajam, menjadi sangat sulit bagi penggemar untuk menikmati anime ini, sehingga banyak yang berharap serial ini berakhir setelah satu atau dua musim.
8. FLCL: Sebuah mahakarya yang tak perlu dilanjutkan

Lahir dari studio animasi ternama Gainax, FLCL merupakan perpaduan genre yang memukau, menggabungkan mecha, komedi, supranatural, dan psikologis, serta menggali tema-tema paling kompleks yang pernah ada dalam anime. OVA asli yang terdiri dari 6 episode ini dipuji sebagai karya agung dari awal tahun 2000-an dan menjadi tontonan wajib bagi para penggemar anime. Dengan premis yang unik, karakter-karakter yang memikat, dan alur cerita yang surprisingly dalam, tidak mengherankan jika FLCL masih dicintai hingga saat ini.
Banyak yang mungkin berasumsi bahwa kelanjutan dari karya yang begitu inovatif dan sensasional ini akan meraih sukses besar. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada franchise FLCL. Sejak musim pertama yang ikonik, serial ini telah memiliki beberapa sekuel yang masing-masing menghadirkan protagonis dan premis baru. Sayangnya, tak satu pun dari sekuel tersebut berhasil menyamai kualitas dan kehebatan FLCL asli, karena serial ini memang dirancang sebagai cerita tunggal yang utuh. FLCL sudah mencapai kesempurnaan dan tidak memerlukan kelanjutan, sehingga semua yang hadir dalam sekuel-sekuelnya terasa seperti tambahan yang tidak perlu.
9. Sword Art Online Musim Kedua: Kontroversi yang memudarnya popularitas

Dicintai atau dibenci, Sword Art Online tetap menjadi salah satu ikon anime yang tak terbantahkan. Serial ini telah mendefinisikan lanskap anime di tahun 2010-an dan masih mempertahankan relevansinya hingga saat ini. Namun, di balik popularitasnya, Sword Art Online juga menimbulkan banyak perdebatan di kalangan penggemar. Meskipun menuai kontroversi sejak awal, puncaknya terjadi pada arc Alfhiem di musim kedua, yang dianggap sebagai titik terendah dalam keseluruhan franchise, bahkan oleh para penggemar setianya.
Paruh pertama SAO, meski tidak menawarkan sesuatu yang revolusioner, tetap menghadirkan cerita yang solid dan masih dinikmati hingga kini. Namun, setelah memasuki musim kedua, kualitas anime ini mengalami penurunan drastis dan menjadi sasaran kritik tajam. Selain kontroversi yang melingkupi arc Alfhiem, serial ini juga menderita masalah pacing yang tidak konsisten, pengembangan karakter yang lemah, serta penggunaan stereotip dan kiasan yang berlebihan, yang sayangnya semakin memburuk seiring berjalannya cerita. Meskipun SAO telah menunjukkan perbaikan dalam beberapa musim terakhir, banyak yang berpendapat bahwa serial ini mungkin akan lebih baik jika tetap menjadi anime isekai dengan satu musim saja.
10. The Promised Neverland Musim Kedua: Merusak konsep yang menakjubkan

Musim pertama The Promised Neverland tidak diragukan lagi merupakan mahakarya. Dengan tema shonen yang kelam, seri ini berhasil memadukan elemen horor dan psikologis dengan aksi dan ketegangan khas genre ini, menciptakan pengalaman baru yang menyegarkan bagi banyak penonton. Tidak mengherankan, adaptasi anime The Promised Neverland meraih sukses besar dalam waktu singkat, dengan para penggemar yang sangat antusias menantikan kelanjutannya. Namun, apa yang mereka dapatkan justru sebuah kekecewaan besar.
Saat ini, musim kedua The Promised Neverland dikenal sebagai salah satu sekuel terburuk dalam sejarah anime. Terkendala oleh berbagai masalah produksi dan jadwal yang sangat padat, musim kedua ini menghancurkan konsep brilian dari musim sebelumnya. Alur cerita manga yang kaya diabaikan, dengan banyak bagian penting yang membangun dunia dan memperdalam karakter dihilangkan.
Hasilnya, adaptasi anime ini terasa dangkal dan terlalu disederhanakan. Banyak elemen yang telah dibangun dengan apik di musim pertama terlupakan demi sebuah akhir yang terkesan dipaksakan dan tidak masuk akal. Kini, para penggemar menyarankan agar penonton baru tidak melanjutkan ke musim kedua, atau lebih baik, beralih ke versi manga untuk mendapatkan pengalaman cerita yang lebih utuh dan memuaskan.
Meskipun banyak anime shonen yang sukses dengan beberapa musim, ada kalanya satu musim saja sudah cukup untuk menyampaikan cerita yang kuat dan bermakna. Keputusan untuk tidak melanjutkan serial ini mungkin mengecewakan sebagian penggemar, namun hal ini juga menunjukkan keberanian para kreator untuk menjaga kualitas dan integritas cerita. Pada akhirnya, anime-anime ini tetap dikenang sebagai karya yang berkualitas dan memiliki tempat khusus di hati para penggemarnya. Menurut kamu, gimana?