Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengapa Gaya Arsitektur Masjid Gedhe Jogja Berbeda dengan Surakarta?

Masjid Gedhe Kauman Jogja (visitingjogja.jogjaprov.go.id/Masjid Gedhe Kauman)

Masjid Gedhe Kauman Jogja dan Masjid Agung Surakarta, keduanya adalah masjid keraton peninggalan Mataram Islam. Tentu saja keduanya memiliki karakteristik masyarakat Jawa dalam tiap pembangunan di kedua kota tersebut.

Namun, meski sama-sama berakar dari sumber sejarah yang sama, jika dicermati, terdapat perbedaan dari bentuk bangunan, tata ruang, sampai ornamennya. Namun, mengapa gaya arsitektur Masjid Gedhe Kauman Jogja berbeda dengan Surakarta?

1.Dari bentuk atapnya sama seperti ciri khas masjid pada umumnya

Mustaka di bagian atap masjid Kauman Jogja (kratonjogja.id/Kagungan Dalem Masjid Gedhe)

Bagian yang mencolok dari bangunan masjid adalah atap. Baik Masjid Kauman maupun Masjid Agung memiliki bentuk atap yang serupa. Hal ini dipengaruhi budaya Jawa, pola hidup masyarakat, hingga kondisi geografis.

Meski masing-masing memiliki ciri khas, masih ada benang merah yang menyatukan keduanya, terutama dari segi bentuk atap.

Atap masjid terdiri tiga susunan menjulang. Di bagian sisi kanan dan kiri atas terdapat atap limasan sebagai penutup ruangan, dan di bagian serambi dengan atap berbentuk limasan. Pada bagian paling depan, terdapat atap memanjang ke arah luar, di bawahnya terdapat pintu masuk utama masjid.

2.Perbandingan ornamen masjid

ilustrasi langit-langit masjid Kauman Jogja (kratonjogja.id/Kagungan Dalem Masjid Gedhe)

Tak kalah menarik untuk dibahas yaitu bagian ornamennya. Detail kecil yang kerap luput dari perhatian ternyata jadi petunjuk untuk melihat keunikan gaya arsitektur masjid. Dikutip jurnal yang ditulis Nur R. S. dan Andiarta M. berjudul Kajian Perbandingan Gaya Arsitektur dan Pola Ruang Masjid Agung Surakarta dan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, terdapat detail ornamen masjid yang menunjukan identitas berbeda.

1. Ornamen tiang masjid

Pada bagian tiang Masjid Kauman Jogja, banyak ditemukan ornamen khas Jawa seperti Padma, Saton, Praban, Mirong, Sorotan, dan Tlacapan. Sementara di Masjid Agung Surakarta lebih sederhana, hanya ada Mirong, Sorotan, dan Tlacapan. Namun, uniknya di tiang serambi luar terdapat ornamen bergaya Doric ala bangunan Yunani Kuno.

2. Ornamen langit-langit

Amati bagian atas di Masjid Kauman Jogja, akan ditemukan tumpangsari dengan beragam ornamen khas Jawa. Motifnya seperti banyu tetes, tlacapan, lunglungan, dan nanasan di sudut ruangnya. Sementara di Surakarta, langit-langitnya berhias putri mirong dan saton, sedangkan ornamen Jawa muncul di langit-langit serambi.

3. Ornamen pintu dan jendela

Kedua masjid memiliki kemiripan dari sisi ornamen pintu dan jendelanya yaitu, berbentuk kaligrafi Arab dan motif flora seperti wajik. Sedangkan di bagian jendelanya, hanya memakai jeruji dengan daun jendela berbahan kayu tanpa hiasan berlebihan, terlihat Klasik dan elegan.

4. Ornamen atap

Keduanya mempunyai kesamaan yaitu atap bersusun tiga tingkat yang bentuknya mirip dengan struktur candi zaman Majapahit. Namun pada bagian puncak atap terdapat perbedaan. Dilansir laman resmi Keraton Jogja, bagian puncak disebut mustaka yang berbentuk hiasan bunga, ini menunjukkan bahwa masjid tersebut milik Sultan.

Di Masjid Kauman, mustaka memiliki bentuk daun kluwih dan gada, dan bunga gambir. Masing-masing punya makna filosofis yaitu, gada yang melambangkan keesaan Allah, daun kluwih berarti kelebihan, serta bunga gambir menyimbolkan kebaikan yang tersebar.

Sedangkan pada Masjid Agung Surakarta, bagian mustakanya lebih sederhana, berbentuk kubah kecil dengan paku besar di tengahnya.

Kemudian di bagian gerbang masuk masjid masing-masing terdapat perbedaan bentuk. Di Masjid Kauman, berbentuk setengah lingkaran dihiasi lambang Keraton Jogja dan jam besar. Sementara Masjid Agung berbentuk segitiga tanpa ornamen tambahan.

Jadi semakin jelas ya, meski sejarahnya sama, namun detail ornamen kedua masjid mempunyai identitas yang berbeda. 

3.Perbedaan sisi material dinding

bangunan masjid Agung Surakarta (wonderfulimages.kemenparekraf.go.id/Masjid Agung Kraton Surakarta)

Keduanya terbuat dari kayu sebagai struktur bangunan, dengan dindingnya dari batu bata. Dan kesan alaminya masih terasa. Namun di Masjid Surakarta mengalami perubahan di bagian dinding yang kini dilapisi keramik. Masjid Kauman Jogja masih menjaga keaslian bahan pembuatannya, kecuali lantai yang kini terbuat dari marmer Itali.

4. Mengapa arsitektur Masjid Gedhe Jogja berbeda dengan Surakarta?

bangunan masjid Agung Keraton Surakarta (wonderfulimages.kemenparekraf.go.id/Masjid Agung Kraton Surakarta)

Sekilas mirip karena bergaya arsitektur Jawa, dengan ornamen dan penataan ruang yang serupa, namun menunjukkan beberapa perbedaan. Mengapa? Terdapat alasan historis dan latar belakang budaya yang memengaruhinya. Masjid Agung Surakarta dibangun lebih dulu yaitu pada 1749 saat pemerintahan Paku Buwono III. Keraton Surakarta memiliki kedekatan dengan negara-negara Eropa, inilah yang memengaruhi bangunan masjidnya.

Berbeda dengan Masjid Gedhe Kauman Jogja yang dibangun pada 1773 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, arsitektur masjid menjaga keaslian gaya arsitektur Jawa. Hal ini lantaran Kasultanan Jogja merupakan hasil perpecahan dari Kerajaan Mataram Islam akibat Perjanjian Giyanti 1755. Ketika dua kerajaan terbentuk, Surakarta dan Jogja, mempunyai arah dan keputusan masing-masing, termasuk dalam hal membangun desain masjid.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us