Cerita Fikhri Astina, Raih Gelar Doktor di UGM pada Usia 25

- Fikhri Astina Tasmara menekankan pentingnya pendidikan sejak kecil dan memilih UGM untuk lingkungan riset yang aplikatif.
- Terinspirasi oleh kakak dan dukungan keluarga, Fikhri menjadi lulusan tercepat dengan IPK 3,80 dalam waktu singkat.
- Berkat pengalaman riset internasional dan keseimbangan hidup, Fikhri berharap dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam dunia keilmuan.
Di usia 25 tahun 8 bulan, Fikhri Astina Tasmara mencatatkan pencapaian luar biasa dengan berhasil menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Program Studi Doktor Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia menjadi salah satu wisudawan termuda UGM yang menyelesaikan program S3 hanya dalam waktu 2 tahun 10 bulan.
Berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan, Fikhri bukan hanya mengejar gelar, tetapi juga ingin memberikan kontribusi nyata dalam dunia keilmuan. Dorongan kuat dari keluarga dan lingkungan akademik mendorongnya untuk menyelesaikan studi dengan penuh semangat dan tekad.
1. Tumbuh dengan nilai pentingnya pendidikan sejak dini

Sejak kecil, Fikhri telah dikenalkan pada pentingnya pendidikan oleh keluarga, terutama ibu dan neneknya yang selalu menanamkan nilai kemandirian bagi perempuan. “Ibu dan nenek saya juga mengajarkan bahwa wanita harus memiliki daya dan kemampuan untuk mandiri,” ujarnya, Kamis (31/7/2025) dikutip laman resmi UGM.
Setelah menamatkan pendidikan S1 Fisika di Universitas Hasanuddin, Fikhri memilih melanjutkan studi di UGM karena tertarik dengan lingkungan riset yang aplikatif. Ia menilai UGM mampu memberikan ruang ideal bagi pengembangan ilmu fisika yang berdampak bagi masyarakat luas.
“Saya percaya bahwa UGM dapat memberikan lingkungan akademik yang kondusif untuk mengembangkan potensi dan memperdalam ilmu pengetahuan di bidang fisika, yang sudah saya geluti sejak jenjang S1,” katanya.
2. Inspirasi dari keluarga hingga menjadi lulusan tercepat dan termuda

Berhasil menyelesaikan studi doktoralnya dalam waktu singkat, Fikhri menjadi wisudawan termuda dengan IPK 3,80. Ia mengaku terinspirasi bukan dari tokoh luar negeri, melainkan dari sang kakak yang menjadi panutan dalam menjalani pendidikan.
“Melihat bagaimana kakak saya menjalani pendidikannya dengan penuh dedikasi dan menjadi sukses, saya merasa termotivasi untuk terus melangkah maju dan menyelesaikan studi saya dengan cara yang sama,” ucapnya.
Tak hanya itu, dukungan dari keluarga juga menjadi penopang utama pencapaiannya. Kenangan akan senyum sang ayah saat dirinya meraih juara menjadi penyemangat tersendiri. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para promotor seperti Prof. Dr. Mitrayana dan timnya atas bimbingan selama proses studi.
3. Aktif dalam riset internasional dan menjaga keseimbangan hidup

Pengalaman selama di UGM mempertemukan Fikhri dengan banyak kesempatan, mulai dari konferensi ilmiah di dalam negeri hingga riset di luar negeri. Salah satu yang paling berkesan adalah menjadi visiting researcher di Tohoku University, Jepang, yang memberikan pengalaman riset berharga dan memperluas jaringan kolaborasi.
Fikhri menekankan pentingnya keseimbangan antara studi dan kehidupan pribadi. Ia membuat jadwal harian yang tidak hanya memuat tugas akademik, tetapi juga aktivitas sosial untuk menjaga semangat dan produktivitas. “Dengan cara ini, saya bisa tetap fokus pada tugas akademik sambil menikmati momen sosial. Ini juga membantu saya menghindari stres berkepanjangan, karena keseimbangan tersebut membuat saya tetap produktif,” ujarnya.
Bagi Fikhri, menyelesaikan studi doktoral bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal kontribusi lebih besar. Ia berharap kisahnya dapat memotivasi mahasiswa lain untuk terus belajar, menghadapi tantangan dengan semangat, dan menikmati setiap proses dalam studi.
Ia juga mengingatkan pentingnya meminta bantuan ketika dibutuhkan serta menjaga relasi dengan orang sekitar. “Luangkan waktu untuk istirahat, berinteraksi dengan orang lain, dan rayakan pencapaian-pencapaian meski kecil,” tutupnya penuh semangat.