Pembuat Rempeyek di Bantul Keluhkan Harga Bahan Baku yang Tidak Stabil

Sehari mampu menghasilkan 45 ribu bungkus

Bantul, IDN Times - Sudah 25 tahun Dusun Pelemadu, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, terkenal dengan julukannya sebagai desa penghasil rempeyek di Bantul.

Setiap harinya pembuat peyek di desa ini mampu menghasilkan 35 ribu rempeyek. Yuk kita keliling desa rempeyek ini. 

Baca Juga: 2 Bulan Pasca-Panen Raya, Harga Bawang Merah Melonjak Tajam

1. UMKM rempeyek dirintis sejak tahun 1994‎

Pembuat Rempeyek di Bantul Keluhkan Harga Bahan Baku yang Tidak StabilIDN Times/Daruwaskita

Kepala Dusun Pelemadu, Sumarji mengatakan pada awal berdirinya usaha rempeyek ini terdapat 40 pelaku UMKM, namun saat ini hanya sekitar 30 pelaku UMKM yang mampu bertahan. 

"Usaha memproduksi rempeyek ini kita rintis pada tahun 1994 dan pelaku UMKM mencapai 40 pelaku UMKM. Namun dengan seleksi "alam" akhirnya yang bertahan hingga saat ini sekitar 30 pelaku UMKM," katanya saat ditemui IDN Times di rumahnya, Kamis (24/10).

2. Sehari mampu hasilkan 45 ribu bungkus rempeyek‎

Pembuat Rempeyek di Bantul Keluhkan Harga Bahan Baku yang Tidak StabilIDN Times/Daruwaskita

Sebanyak 30 UMKM dalam satu hari mampu menghasilkan sekitar 35 ribu hingga 45 ribu bungkus rempeyek, yang masing-masing berisi 6 buah rempeyek.

"Ya 1 pelaku UMKM yang memiliki 1atau 2 tungku untuk menggoreng rempeyek mampu menghasilkan 1.000 hingga 4.000 bungkus rempeyek," ujarnya.

Tak mudah untuk memproduksi 35 ribu hingga 45 ribu bungkus rempeyek, karena bahan baku utama yaitu kacang harganya tak pernah stabil. Bahkan ketika kacang lokal hilang di pasaran pelaku usaha ini harus membeli kacang impor yang harganya lebih mahal.

"Itu baru masalah bahan baku kacang, belum lagi harga beras untuk bahan baku tepung beras yang harganya tak lagi murah termasuk kendala ketika harga minyak curah mahal tentu akan menyulitkan pelaku UMKM," ucapnya.

3. Pembeli datang dari Jakarta dan Jawa Barat

Pembuat Rempeyek di Bantul Keluhkan Harga Bahan Baku yang Tidak StabilIDN Times/Daruwaskita

Bagi pelaku UMKM yang sudah mempunyai pembeli, akan melakukan membeli dalam jumlah banyak. 

"Nah yang UMKM pasarnya sudah pasti gak masalah mereka beli banyak bisa disimpan dulu. Tapi yang modalnya tanggung dan hanya menjadi pemasok rempeyek kepada pelaku UMKM bisa gulung tikar," ujarnya.

Sumarji menjelaskan untuk pasar penjualan makanan ringan rempeyek, saat ini masih terbuka luas karena pedagang dari Jakarta atau Jawa Barat setiap harinya memesan rempeyek produksi dari Dusun Pelemadu. 

"Kalau pedagang mengambil sendiri rempeyek ke Dusun Pelemadu hanya dihitung Rp2.800 per bungkus dengan isi 6 rempeyek dan jika dijual di Jakarta atau Bandung bisa Rp10 ribu per bungkus," tuturnya.

4. Pelaku UMKM keluhkan harga bahan baku yang fluktuatif

Pembuat Rempeyek di Bantul Keluhkan Harga Bahan Baku yang Tidak StabilIDN Times/Daruwaskita

Salah satu pelaku UMKM rempeyek di Dusun Pelemadu, Tubiatmi mengatakan dirinya mampu membuat rempeyek 1 hari bisa menghasilkan 2.000 bungkus rempeyek. 

"Jadi saya memang punya pelanggan sendiri yang mengambil rempeyek di rumah dan nantinya dijual di warung makan maupun pasar tradisional. Saya tidak melayani pemesanan luar kota," katanya.

Tubiatmi mengaku harga bahan baku seperti beras untuk bahan tepung beras, kacang serta minyak goreng yang fluktuatif mempengaruhi jumlah produksi rempeyeknya. 

"Ya kalau bahan baku murah dan banyak di pasaran tentu produksinya banyak, namun jika bahan baku langka dan mahal ya terkadang tak produksi rempeyek," tuturnya.‎

Baca Juga: Keren, Musisi Jalanan di Yogyakarta Kini Terima Uang Digital!

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya