Dorong Produktivitas Padi, UGM Kenalkan Gamagora 7 ke Petani Klaten

- UGM membumikan temuan inovasi ke masyarakat, mendekatkan dunia pendidikan dengan masyarakat.
- UGM ingin berkontribusi membantu dan membangun masyarakat lebih sejahtera, serta mendukung ketahanan pangan.
- Gamagora 7 memiliki keunggulan umur panen yang pendek, produktivitas tinggi, tahan terhadap perubahan iklim, dan dapat membantu menangani stunting di Indonesia.
Klaten, IDN Times – Universitas Gadjah Mada (UGM) terus membumikan temuan inovasi ke masyarakat. Salah satunya varietas padi Gamagora 7 yang kembali dikenalkan kepada para petani di Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Kegiatan ini menjadi bagian dari kampanye sains dan teknologi: 'Riset Kuat, Pangan Hebat’, yang didukung oleh Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Kemdiktisaintek, melalui Program Kampanye Tematik Sains dan Teknologi (Resona Saintek). “Temuan kami tidak hanya berhenti di lab, lahan percobaan saja tapi kami ingin membawa dampak positif kepada masyarakat,” ujar Sekretaris UGM, Andi Sandi, di Kantor Kepala Desa Sekaran, Rabu (29/10/2025).
1. Mendekatkan dunia pendidikan dengan masyarakat

Andi Sandi menekankan bahwa riset dan inovasi harus terasa dampaknya dan memiliki nilai tambah ke masyarakat. Menurutnya selama ini dunia pendidikan masih jauh dari masyarakat. “Padahal masyarakat tempat utama membaktikan hasil-hasil dari Universitas. Prinsip kami UGM harus merakyat,” tegas Andi Sandi.
Dirinya mengatakan bahwa UGM selalu terbuka untuk melakukan kerja sama. UGM ingin berkontribusi membantu dan membangun masyarakat lebih sejahtera. Termasuk dengan menghasilkan varietas padi Gamagora 7 ini. “Gamagora 7 ini mengandung zat yang bisa mengurangi stunting,” ucapnya.
Kepala Desa Sekaran, Heri Tri Marjono menyambut baik edukasi yang diberikan UGM. Menurutnya dengan kegiatan semacam ini masyarakat dapat mendapat ilmu baru, dan bisa dipraktikkan di lapangan.
“Harapannya kehadiran UGM menjadi semangat bagi petani mengolah pertanian bisa maksimal. Apalagi saat ini dukungan pemerintah pusat juga mendorong ketahanan pangan selalu digalakkan,” kata Heri.
Saat ini Gamagora 7 juga sudah ditanam di wilayah Desa Sekaran. Diharapkan ke depan bisa ditanam di seluruh hamparan lahan desa, sehingga bisa menjadi ikon desa. Heri juga berharap kerja sama ini tidak berhenti di sini. “Harapannya ada inovasi selanjutnya,” harap Heri.
2. Dukung ketahanan pangan

Staf Ahli Bupati Klaten, Joko Istanto, yang membacakan sambutan Bupati Klaten, mengatakan mayoritas pertanian di Kabupaten Klaten selama ini masih banyak menggunakan sistem pertanian tradisional, karena masih banyak petani menggunakan cara-cara yang sudah ada sejak lama, diwariskan dari generasi ke generasi, dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat.
Maka penerapan hasil riset sangat penting dalam sektor pertanian karena mendorong inovasi, meningkatkan produktivitas, dan memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Riset menghasilkan teknologi dan kebijakan baru yang dapat membantu petani mengatasi tantangan seperti perubahan iklim, degradasi lahan, serta persaingan pasar.
“Dengan Rembug Sesarengan yang diselenggarakan UGM ini semoga mampu membumikan hasil riset dan penelitian agar tidak berhenti di ruang akademik semata. Tetapi melalui acara Rembug Sesarengan dapat mendekatkan hasil riset pangan kepada masyarakat serta mendorong pemanfaatannya secara nyata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Joko.
3. Keunggulan gamagora 7

Pada kegiatan kali ini narasumber Rembug Sesarengan menghadirkan pembicara Prof. Himawan Tri Bayu Murti Petrus dan Cahyo Wulandari yang merupakan Peneliti Gamahumat. Kemudian juga Andrianto Ansar yang merupakan salah satu peneliti Gamagora 7.
Sementara itu Penemu Gamagora 7, Prof. Taryono menjelaskan bahwa Gamagora 7 memiliki berbagai keunggulan. Keunggulan pertama umur panen yang pendek. “Jadi umumnya kalau musim hujan dari pindah tanam itu panen 95 hari. Sedangkan kalau musim kemarau itu dapat dipanen 85 hari dari pindah tanam,” jelas Prof. Taryono.
Guru Besar Bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman Pangan UGM itu mengatakan keunggulan kedua adalah produktivitasnya. Jika ditanam pada lahan yang pas, bisa mencapai panen hingga 9,7 ton. Selain itu juga Gamagora 7 lebih tahan terhadap perubahan iklim atau kondisi iklim yang tidak menentu.
Pengembangan Gamagora 7 ini juga ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan dan mencegah stunting. “Dapat membantu menangani permasalahan stunting di Indonesia. Rasa nasinya juga pulen,” tegasnya.

















