Transmisi Omicron Makin Meluas, Langkah Antisipasi Ini Perlu Dilakukan

Sleman, IDN Times - Varian Omicron telah menginfeksi ribuan orang di Indonesia sejak terdeteksi pertama kali pada pertengahan Desember 2021 lalu. Menurut Epidemiolog Universitas Gadjah Mada, dr. Riris Andono Ahmad Omicron sudah menjadi transmisi lokal hampir di seluruh negara di dunia.
Lalu, apa saja yang harus diperhatikan terkait varian ini? Apakah Omicron akan menyebabkan situasi yang parah seperti Delta? Berikut penjelasan selengkapnya.
1. Omicron hanya membutuhkan waktu 2 bulan untuk menjadi varian yang mendominasi
Riris memaparkan secara umum gejala Omicron hampir sama dengan varian lainnya. Meski angka hospitality dan kematian lebih rendah dibandingkan varian Delta, namun kemampuan penularan Omicron jauh lebih tinggi.
"Delta membutuhkan tiga hingga empat bulan (untuk jadi varian yang mendominasi), sementara Omicron hanya dua bulan sudah jadi varian dominan yang hampir 100 persen," ungkapnya dalam Workshop Penguatan Sistem Kesehatan DI Yogyakarta untuk Menghadapi Varian Omicron, Sabtu (5/2/2022).
Riris menjelaskan, varian Omicron ini sebagian besar bisa menghindari imunitas, meski sudah mendapatkan vaksinasi dosis kedua, bukan berarti bisa menghindari penyebaran Omicron yang meluas.
2. Kemampuan transmisi Omicron tinggi dapat menghasilkan efek seperti Delta
Riris menjelaskan meski hospitality dan kematian lebih rendah, namun kemampuan transmisi yang lebih tinggi menyebabkan Omicron bisa menghasilkan efek yang sama seperti Delta.
"Kita bisa melihat data di Amerika, meski Omicron angka hospitality dan kematian relatif lebih kecil tapi kemampuan transmisi lebih besar akan memberikan efek yang absolut, mungkin bisa sama seperti Delta. Ini akan menyebabkan potensi masalah yang sama, apalagi kalau social distancing tidak cukup baik," katanya.
3. Jumlah penularan terhadap anak melonjak, dibutuhkan tempat isolasi yang ramah anak
Lantaran infeksi yang tinggi, butuh persiapan tempat isolasi yang jauh lebih banyak dibandingkan saat menghadapi varian Delta. Selain itu, pada varian Omicron ini, kasus yang menginfeksi anak cukup tinggi. Hal ini perlu disiapkan lokasi isolasi yang ramah terhadap anak.
"Yang menarik dari varian Omicron adalah tingginya kasus anak. Ini juga memerlukan pemikiran terkait tempat isolasi ramah anak, di mana ini yang mungkin tidak menjadi konsentrasi gelombang Delta sebelumnya," terangnya.
4. Secercah harapan namun langkah antisipasi tetap harus dilakukan
Jika melihat pola gelombang COVID-19 di Eropa dan Amerika, dari gelombang pertama hingga ketiga angkanya semakin tinggi. Namun, jika melihat di Asia, khususnya India yang memiliki tren kasus COVID-19 hampir sama dengan Indonesia, gelombang ketiga angkanya jauh lebih rendah dibandingkan dengan gelombang kedua. Hal ini bisa memberikan sedikit harapan bahwa bisa jadi angka hospitality dan kematian di Indonesia, termasuk juga kasusnya di gelombang ketiga bisa lebih rendah.
"Hanya saja sebagai mitigasi perlu mempersiapkan diri untuk mempersiapkan kemungkinan yang terburuk," paparnya.