Pakar UGM Ungkap Penyebab Cuaca Dingin Belakangan Ini

Apa ya penyebabnya?

Sleman, IDN Times - Belakangan ini, masyarakat banyak yang merasakan cuaca dingin, terutama di pagi hari. Menurut pakar iklim dari Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu Sekaranom, menjelaskan cuaca dingin yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan posisi dari gerak semu matahari di belahan bumi utara, sementara kita berada di belahan bumi selatan. Akibatnya, kita menerima lebih sedikit energi radiasi matahari dan menyebabkan cuaca menjadi lebih dingin.

“Selain itu, kalau dilihat dari keseimbangan energi di bumi, selain bersumber dari radiasi matahari, juga ada radiasi gelombang panjang yang dikeluarkan oleh bumi,” ungkapnya pada Rabu (29/7/2020)

Menurutnya, jika kondisi cenderung berawan, sebagian radiasi tersebut akan dipantulkan kembali ke permukaan bumi. Hal ini menyebabkan temperatur menjadi lebih hangat. Sementara jika cuaca cerah, radiasi tersebut akan hilang sampai ke luar angkasa sehingga temperatur menjadi lebih dingin.

Baca Juga: Thermo Gun Tidak Berbahaya Bagi Otak, Ini Penjelasan Guru Besar UGM  

1. Kondisi kemarau lebih lembap

Pakar UGM Ungkap Penyebab Cuaca Dingin Belakangan Initwitter.com/alexjourneyID

Andung menjelaskan, sebenarnya cuaca dingin sendiri merupakan hal yang biasa terjadi menjelang puncak musim kemarau. Menurutnya, menurut prakiraan kondisi kemarau tahun ini cenderung lebih lembap dibandingkan kondisi rata-ratanya. Setelah tahun kemarin kemarau berkepanjangan akibat El Nino lemah, tahun ini curah hujan cenderung lebih tinggi.

“BMKG memprediksi puncak musim kemarau pada bulan Agustus sehingga bulan September sudah mulai hujan,” terangnya.

2. Efek rumah kaca

Pakar UGM Ungkap Penyebab Cuaca Dingin Belakangan IniPexels/Alifia Harina

Lebih lanjut Andung memaparkan, saat ini kondisi iklim cenderung mengalami perubahan. Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan gas rumah kaca di atmosfer akibat dari aktivitas manusia seperti transportasi, industri, dan lain sebagainya.

Menurutnya, saat ini telah terjadi pula kenaikan temperatur hingga 0,3 derajat Celsius per dekade dan diprediksi terus meningkat hingga naik 1-2 derajat pada tahun 2100. Selain temperatur, frekuensi curah hujan ekstrem juga meningkat dan perubahan musim menjadi semakin tidak pasti.

“Dampak yang dirasakan terutama banjir yang semakin meningkat pada musim penghujan. Tidak jarang hujan lebat juga mengakibatkan banjir bandang dan longsor yang semakin sering,” katanya.

Tidak hanya itu, Andung menjelaskan jika beberapa dekade ini musim kemarau menjadi semakin kering, kejadian kebakaran hutan juga semakin meningkat dari tahun ke tahun.

3. Bencana diprediksi tidak separah tahun lalu

Pakar UGM Ungkap Penyebab Cuaca Dingin Belakangan IniIlustrasi kekeringan. IDN Times/Saifullah

Pada tahun ini musim kemarau diprediksi tidak separah tahun sebelumnya. Oleh karenanya Andung melihat jika bencana yang ditimbulkan pun diprediksi juga tidak terlalu parah.

Meski demikian, di beberapa lokasi yang rawan kekeringan masih perlu waspada dan sebisa mungkin menghemat air. Masyarakat bisa melakukan konservasi secara sederhana, misal dengan menanam pohon dan membuat resapan air sehingga saat musim kemarau kondisi tidak akan kering.

Selain itu, potensi kebakaran hutan dan lahan juga masih ada meskipun lebih rendah, sehingga diimbau kepada masyarakat untuk tidak sembarangan membakar sampah ataupun membuang puntung rokok di daerah yang kering.

“Khusus untuk daerah pegunungan cuaca akan menjadi lebih dingin pada malam dan pagi hari dibanding biasanya, daerah yang tinggi dan lembab seperti Dieng akan berpotensi rawan embun upas,” paparnya.

Baca Juga: Pakar UGM Ingatkan Masyarakat Waspada Serangan Siber di Masa Pendemik 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya