Khawatir Penularan COVID, Sekolah Sleman Bebas Pilih Cara Pembelajaran

Sekolah bebas terapkan PTMT maupun PJJ

Sleman, IDN Times - Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman membolehkan sekolah memilih pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) maupun pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal ini dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman guru dan siswa.

1. Sekolah bebas terapkan PTMT maupun PJJ

Khawatir Penularan COVID, Sekolah Sleman Bebas Pilih Cara PembelajaranIlustrasi pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah dasar. (ANTARA FOTO/Fransisco Carolio)

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Ery Widaryana menyampaikan, meski di sekolah tidak ditemukan kasus COVID-19, namun lingkungan sekitar terjadi penularan, maka sekolah berhak memutuskan jenis pembelajaran.

"Jika sekolah merasa khawatir kemudian melaksanakan PJJ maka kami perbolehkan," ungkapnya.

Baca Juga: Pasien Tak Bergejala Dominasi Tambahan Kasus COVID di Kota Yogyakarta 

2. Penerapan PJJ dan PTMT kemungkinan akan dilakukan hingga Maret

Khawatir Penularan COVID, Sekolah Sleman Bebas Pilih Cara PembelajaranFoto hanya ilustrasi - Sejumlah siswa-siswi mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui daring di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. (IDN Times/Bagus F)

Ary Gunawan, Wakepsek Bidang Kesiswaan SMP Muhammadiyah 3 Depok mengungkapkan, selama dua pekan pihaknya telah melakukan sistem PJJ dan PTMT. Metode PJJ dilakukan oleh siswa kelas 7 dan 8, sementara PTMT dilakukan untuk kelas 9 yang sedang melakukan ujian praktik.

"Kami pertimbangan kesehatan, jadi PTMT 50 persen. Kelas 7 dan 8 sistem daring dan kelas 9 masuk untuk ujian praktik," terangnya.

Menurut Ary, untuk PJJ maupun PTMT akan disesuaikan dengan perkembangan kasus COVID-19. Setidaknya hingga akhir Maret 2022, PJJ maupun PTMT masih dilakukan.

3. SMP Negeri 3 Prambanan lakukan 2 sesi pertemuan

Khawatir Penularan COVID, Sekolah Sleman Bebas Pilih Cara PembelajaranIlustrasi siswa. (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Sementara Kepala SMP Negeri  3 Prambanan, Nuraini mengungkapkan, setiap harinya sekolah memilih melakukan PTMT dengan dua sesi. Satu sesi diisi dengan kapasitas siswa 50 persen. Salah satu alasan pemilihan metode ini, menurut Nuraini disebabkan orangtua siswa masih banyak yang menginginkan metode PTM.

"(Upaya pencegahan kasus) tetap menegakkan prokes ketat. Guru piket berjaga di depan sekolah setiap pagi untuk mengawasi siswa. Siswa yang sakit fizinkan tidak masuk sekolah," paparnya.

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya