Produksi Padi Menurun Akibat Perubahan Iklim, UGM Kembangkan Gamagora

Sleman, IDN Times - Tim peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan varietas padi Amphibi. Langkah ini untuk menyiasati penurunan produksi padi di Indonesia yang diakibatkan oleh perubahan iklim global karena El-Nino maupun La-Nina serta dampak pengalihan fungsi lahan sawah ke non-sawah yang mencapai 96.512 hektare per tahun.
1. Padi diberi nama Gamagora
Ketua tim riset, Taryono mengatakan padi yang diberi nama Gamagora yang merupakan kepanjangan dari Gama Gogo Rancah sudah diujicoba sebanyak 14 lokasi di seluruh indonesia.
"Padi ini tengah diuji di delapan lokasi pada sawah dan enam lokasi lainnya pada tanah tadah hujan. Kegiatan uji multilokasi untuk mendapatkan izin edar dan izin rilis varietas baru dari Kementerian Pertanian," papar Taryono, Kamis (24/3/2022).
2. Uji coba dilakukan di 9 provinsi

Anggota peneliti lainnya Panjisakti Basunada menuturkan uji multilokasi dilakukan untuk mendapatkan keunggulan padi dibanding dengan padi sejenis yang sudah ditanam di Indonesia.
“Sementara ini keunggulan dari jenis padi ini bisa ditanam di lahan persawahan maupun lahan non sawah, karena itu disebut amphibi sebagai label saja agar berkesan bagi petani,” paparnya.
Meski memiliki potensi produksi mencapai 10 ton per hektare, padi amphibi tengah dilakukan uji multilokasi terhadap 10 galur harapan di 14 lokasi yang terletak 9 provinsi meliputi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Halmahera Utara.
“Sampai saat ini kita prediksi sudah melihat potensi hasil (produksi) lebih tinggi di padi pembandingnya. Ada kemampuan beradaptasi dan stabilitas. Siap dirilis nasional jika bagus di semua tempat. Jika hanya satu (tempat), maka hanya kultivar satu tempat saja,” jelasnya.
3. Berharap padi dapat segera ditanam dioleh petani

Rektor UGM Panut Mulyono berharap, padi Gamagora selain potensial menghasilkan produksi panen per hektare yang tinggi, mampu memiliki keunggulan terhadap hama penyakit serta bisa lolos uji varietas dan mendapatkan izin edar.
“Saya berharap nantinya bisa dilepas ke masyarakat sebagai varietas unggul nasional sehingga bisa ditanam petani di penjuru tanah air,” ujar Panut.