Penurunan Daya Beli Tak Pengaruhi Pasar Sore Ramadan Kauman di Jogja

- Penurunan daya beli tidak memengaruhi aktivitas jual-beli di Pasar Sore Ramadan Kauman, Yogyakarta.
- Perputaran uang di pasar tersebut sedikit melambat akibat musim penghujan, namun tetap banyak pembeli yang datang.
- Animo masyarakat tinggi berkat kekhasan tradisi pasar sore mereka sejak 1990-an, dengan beragam makanan khas Kauman.
Yogyakarta, IDN Times - Penurunan daya beli masyarakat diklaim tak memengaruhi aktivitas jual-beli di Pasar Sore Ramadan, Kauman, Kota Yogyakarta.
Kendati, tradisi pasar musiman pusat berburu beragam jajanan dan masakan tradisional untuk buka puasa itu disinyalir tetap tak luput terimbas kenaikan harga bahan baku.
1. Melambat jika turun hujan

Ketua RW 10 Kauman, Muhammad Chawari menuturkan, penurunan daya beli masyarakat yang diklaim sejumlah pihak tak terasa di Pasar Sore Ramadan Kauman.
Satu-satunya yang bikin perputaran uang di sana sedikit melambat justru adalah musim penghujan. Chawari sendiri merupakan Ketua Panitia Pasar Sore Ramadan Kauman.
"Itu pun kalau hujannya sudah reda dan belum jam buka, pasti nanti pembeli tetap datang. Jadi, kalau saya lihat dari awal Ramadan sampai sekarang kelihatannya nggak ngaruh ya. Pembelinya tetap banyak," kata Chawari saat dihubungi, Minggu (15/3/2025).
2. Tawarkan makanan khas

Animo masyarakat, diklaim Chawari tetap tinggi berkat kekhasan yang dimiliki tradisi pasar sore mereka sejak berdiri 1990-an.
"Secara umum makanan khas kauman itu mengacu pada makanan kesukaan sultan atau makanan kraton, ada yg namanya songgo buwono itu salah satu kesukaan sultan. Nama songgo buwono di Solo untuk menyebut bangunan kalau di Jogja untuk menyebut makanan," jelasnya.
"Ada songgo buwono ada kicak, ada kacang bumbon, ada pento, ada bubur saren, jadah manten, ada semar mendem. Kira-kira itu makanan yang ada, tapi sebenarnya ada 19 atau 20 makanan khas Kauman yang dibuat untuk dijajakan di pasar sore Ramadan," sambung dia.
Jajanan-jajanan dan momen serta pengalaman menyusuri gang sempit Kauman inilah yang bahkan membuat masyarakat bertanya-tanya kala Pasar Sore Ramadan di Kauman ditiadakan tahun 2020-2021 karena pandemi Covid-19.
"Kalau konsepnya saya pikir sama seperti tahun-tahun lalu, jadi kita punya misi ada dua, pertama melestarikan makanan khas Kauman, kemudian kedua memberikan akses kepada para pedagang terutama yang masuk UMKM atau pengusaha golongan ekonomi lemah," katanya.
3. Jaga standar kualitas

Quality control alias pengendalian mutu dagangan adalah salah satu upaya panitia di sana menjaga standar, sekaligus kelestarian tradisi pasar sore Ramadan di Kauman. Selain juga menjaga kebersihan sebagai upaya dari menjaga kualitas itu sendiri.
Komitmen ini pula yang dipegang teguh para 58 pedagang/kios, untuk menjual makanan-makanan layak, termasuk menjualnya dengan harga melampaui tarif batas atas mereka. Sekalipun, kata Chawari, ada beberapa kali kesempatan para pedagang komplain perihal harga jajanan di sana yang mendadak lebih tinggi dari harga biasanya.
"Secara pasti saya belum memastikan, jangan-jangan untungnya si penjual lebih dari produsen. Kemungkinan itu fenomena dari kenaikan harga bahan, sehingga berdampak pada penjualan terutama pada kenaikan harga. Sementara saya melihatnya seperti itu," katanya menduga.
Chawari mengungkap, pasar sore Kauman memang hidup dengan beberapa komponen di dalamnya. Mencakup di antaranya, produsen makanan asli Kauman dan penjajanya yang sebagian berasal dari luar wilayah, seperti Kaliurang, Prambanan, hingga Imogiri.
"Pertama, produsen makanan karena bagaimanapun produsen berasal dari Kauman yang melestarikan. Kemudian pedagang, ada dua macam, pertama pedagang musiman yang jual hanya bulan Ramadan, namun ada juga pedagang yang setiap hari berprofesi sebagai pedagang. Dari dampak ekonomi juga memang sangat bermanfaat para pedagang maupun produsen," paparnya.