Kementan Ungkap Penyebab Hasil Pertanian Gagal Tembus Ekspor

- Kontinuitas perlu dijaga dengan komitmen suplai
- Faktor alam seperti cuaca menjadi kendala utama
- Strategi meningkatkan literasi petani untuk menjaga kontinuitas
Yogyakarta, IDN Times – Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan setidaknya ada tiga hal yang menjadi kendala hasil pertanian tidak menembus pasar ekspor. Project Manager Upland Kementan RI, Muhammad Ikhwan, menyebut beberapa hal kerap menjadi kendala petani, mulai dari kualitas, kuantitas, hingga kontinuitas.
"Kalau kita harus ke pasar ekspor, kita harus bisa menjamin keberlanjutan, tapi kadang-kadang yang masih menjadi tantangan pertanian di Indonesia itu pelaku usahanya, khususnya terkait dengan kontinuitasnya," kata Ikhwan, Minggu (14/12/2025).
1. Kontinuitas perlu dijaga

Ikhwan mencontohkan berbagai tantangan yang ada, saat petani melakukan perjanjian kerja sama atau MoU dengan pelaku usaha ada klausul terkait komitmen mampu menyediakan produk pertanian. Produk pertanian itu biasanya mencapai berat dengan satuan ton.
"Kadang-kadang dari sisi kita, suplainya belum bisa siap. Nah, itu yang perlu kita memperbaiki lagi agar kontinuitas tetap terjaga," ucapnya.
2. Faktor alam kerap menjadi kendala

Penyebab gagalnya kontinuitas, Ikhwan menyebut lebih ke faktor alam dalam hal ini cuaca. Mengingat mengetahui kondisi cuaca dalam setahun merupakan hal yang sulit. Ia memberi contoh, sepanjang tahun 2025 ini musim hujan. “Nah, salah satu komoditas yang diintervensi oleh Upland adalah manggis dan saat hujan bunganya itu rontok hingga akhirnya gagal panen,” ujarnya.
Akibatnya, petani gagal mengakomodasi permintaan barang dari eksportir dan berujung pada berhentinya permintaan barang. “Akhirnya, pada saat kita memenuhi komitmen dari eksportir jadi gagal dan itu menjadi tantangan tersendiri dari sektor pertanian untuk masuk ke pasar ekspor,” kata Ikhwan.
3. Strategi menjaga kontinuitas

Terkait strategi untuk menangkal gagalnya kontinuitas dalam pasar ekspor produk pertanian, Ikhwan menyebut yang pertama adalah meningkatkan literasi petani. Seperti halnya tahun 2025 bisa dikatakan kemarau basah.
"Jadi yang perlu diedukasi ke teman-teman petani pada saat musim penghujan atau kemarau basah ya petani perlu menyiasati jangan menanam apa, atau kira-kira yang berpotensi untuk bisa panen. Kalau dari kita sudah menggelar sekolah lapang sebagai tindak lanjutnya," ujarnya.















