Berkah di Balik Penutupan Jembatan Kewek dan Rekayasa Lalin Kleringan

- Penutupan Jembatan Kewek dan rekayasa lalin Kleringan diprediksi menguntungkan kawasan Menara Kopi dan TKP ABA II.
- Bus wisata yang terhalang portal di Kridosono kini diarahkan ke TKP ABA II, membuat jumlah bus meningkat signifikan.
- Pengelola berharap kondisi ramai ini berkelanjutan dan didukung sosialisasi lalu lintas dari Pemkot Yogyakarta.
Yogyakarta, IDN Times - Penerapan rekayasa lalu lintas di Kleringan karena penutupan akses kendaraan bermotor menuju Jembatan Kewek diperkirakan akan menguntungkan kondisi di kawasan Menara Kopi, Kotabaru, Kota Yogyakarta. Area Menara Kopi dan Tempat Khusus Parkir Abu Bakar Ali (TKP ABA) II disebut kini menjadi lebih ramai oleh bus-bus parkir atau aktivitas wisatawan.
1. Prediksi bus terhalang portal langsung ke TKP ABA II

Pengelola Parkiran Menara Kopi, Doni Rulianto menuturkan, lokasi TKP ABA II selama ini memang banyak menampung bus dari arah barat (Kleringan) bukan dari timur.
Portal dimensi milik Pemkot Yogyakarta yang dipasang di Simpang Kridosono untuk untuk menghalau kendaraan-kendaraan besar menuju Jembatan Kewek, prediksi Doni, malah justru mendorong bus-bus langsung menuju TKP ABA II. Perkiraan Doni, pemasangan portal memaksa bus-bus dari timur mencari jalur atau titik-titik alternatif untuk bisa lebih mendekat ke kawasan Malioboro.
"Jadi jalur ke lokasi parkir kami sekarang hanya satu, dari Barat. Nanti masuknya juga melalui bukaan di trotoar, seperti biasanya," kata Doni saat dihubungi
Doni melihat bus-bus yang tidak kebagian tempat di kantong parkir Senopati semestinya juga bisa diarahkan ke utara menuju kantong parkir ABA II.
"Sekarang kan yang dari Jalan Mangkubumi harus memutar Kridosono kalau untuk ke Malioboro, nah itu harapannya bisa nyantol ke sini (TKP ABA II)," ujarnya.
2. Biasanya hari biasa cuma 1-2 bus

Prediksi Doni ini tak lepas dari fakta kondisi di lapangan. Katanya, sehari setelah penerapan rekayasa lalu lintas di Kleringan pertengahan pekan kemarin, ada 17 bus masuk ke TKP ABA II. Padahal, menurutnya, di hari-hari biasa jumlahnya cuma mentok 1-2 unit bus saja.
"Ya (sebelum rekayasa lalin Kleringan) cuma Sabtu dan Minggu aja ramai, itu pun tidak seberapa," beber Doni.
Situasi ini benar-benar lama didamba-dambakan Doni dan kawan-kawan, terutama sejak kepindahan para pedagang dan jukir dari lokasi asli TKP ABA.
3. Harap jadi berkah permanen

Sebenarnya, lanjut Doni, situasi di Menara Kopi dan TKP ABA II tidak terus-terusan sepi. Kata dia, tetap ada kemajuan atau peningkatan kunjungan dari hari ke hari.
Doni dalam hal ini mengapresiasi Pemkot Yogyakarta yang telah berupaya dengan berbagai pengaturan lalu lintas agar lokasi bekas Menara Kopi itu bisa beranjak atau kian strategis.
Harapannya, pemerintah lebih menggencarkan sosialisasi mengenai rekayasa lalu lintas di sekitar Kleringan. Dengan demikian, para sopir bus bisa langsung mengarahkan kendaraannya ke TKP ABA II.
"Mudah-mudahan rekayasa lalin pasca penutupan Jembatan Kewek ini mendatangkan rezeki bagi kami," pungkasnya.
















