Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pembelian Emas Ciptakan Fomo, Ini Prediksi Harga hingga Akhir Tahun

Emas batangan (Pexels.com/Pixabay)
Emas batangan (Pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Kondisi global mempengaruhi kenaikan harga emas
  • Reksadana emas dan FOMO menjadi faktor peningkatan harga emas
  • Dampak dan kemungkinan harga ke depan terkait dengan nilai tukar rupiah
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times - Kenaikan harga emas global menjadi sorotan. Tren harga yang terus merangkak naik pun dimungkinkan terus terjadi.

Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y. Sri Susilo menjelaskan kenaikan harga emas ini dapat dilihat dari level makro maupun mikro. Dari level makro, menurut Susilo, kenaikan harga emas pada dasarnya mengikuti prinsip dasar ekonomi, yakni ketika permintaan meningkat dan pasokan tetap, maka harga akan naik.

“Pasokan emas bersifat ajeg (tetap)karena berasal dari pertambangan yang proses produksinya tidak mudah dan tidak bisa cepat ditambah. Sementara permintaannya terus meningkat,” ujar Susilo, Selasa (25/11/2025).

Kondisi ini sama seperti barang lain, ketika permintaan naik dan pasokan tidak berubah, harga terdorong naik. Dalam konteks global, hal ini membuat harga emas berada dalam tren meningkat dalam jangka panjang.

1. Kondisi global harga emas dan mata uang dolar AS

ilustrasi global (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi global (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Susilo menjelaskan penyebab kenaikan harga emas, jika dilihat secara mikro, sudah sejak lama menjadi pilihan aset utama investor global, disamping dollar AS. "Orang yang pegang rupiah banyak atau investor besar di seluruh dunia biasanya akan membagi portofolionya dengan memegang dolar dan emas,” ujarnya.

Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan itu menambahkan, situasi politik di Amerika Serikat ikut mempengaruhi. Ada tekanan terhadap The Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga. “Trump itu cenderung intervensi, meskipun seharusnya tidak. Kalau The Fed menurunkan suku bunga, investor akan melepas dolar dan membeli emas,” jelasnya.

Antisipasi penurunan suku bunga ini membuat investor mulai menambah porsi emas sehingga permintaan meningkat. “Dampaknya apa? Permintaan emas meningkat lagi. Nah, itu karena kondisi dunia ya, tetapi, dari beberapa kajian, ini salah satu penyebab yang paling pokok,” ungkap Susilo.

2. Reksadana emas dan fomo

Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y Sri Susilo. (Dok.pribadi)
Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y Sri Susilo. (Dok.pribadi)

Sekretrais Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (ISEI DIY) itu menjelaskan, faktor lain yang signifikan adalah meningkatnya minat pada reksadana berbasis emas (Exchange-Traded Fund/ETF emas). Dalam dua tahun terakhir, produk ini semakin populer karena memudahkan investor memiliki emas tanpa menyimpan bentuk fisiknya.

“Data beberapa kajian menunjukkan permintaan ETF emas meningkat pesat. Ini menjadi salah satu penyebab utama kenaikan harga emas,” kata Susilo.

Ia juga menyinggung faktor perilaku masyarakat yang cenderung ikut-ikutan untuk membeli emas. “Yang punya uang banyak kadang ikut-ikutan, FOMO. Kalau temannya beli emas, dia ikut beli. Ini turut menambah dorongan permintaan,” ujarnya.

3. Dampak dan prediksi harga emas

Ilustrasi emas batangan (Pexels.com/Michael Steinberg)
Ilustrasi emas batangan (Pexels.com/Michael Steinberg)

Kenaikan permintaan emas global berdampak pada nilai tukar rupiah. Ketika investor melepas rupiah untuk membeli emas atau dolar, rupiah cenderung melemah. “Kurs rupiah terhadap mata uang asing pasti akan melemah ketika tekanan permintaan komoditas seperti emas meningkat,” jelas Susilo.

Dampaknya adalah ekspor akan diuntungkan. Rupiah yang melemah membuat harga produk ekspor Indonesia lebih kompetitif. Sebaliknya, barang impor menjadi lebih mahal sehingga, produsen yang bergantung pada bahan baku impor akan menanggung biaya lebih besar, konsumen juga merasakan kenaikan harga barang impor.

“Selama neraca ekspor-impor kita masih surplus, dampaknya tidak terlalu buruk. Tapi tetap ada pengurangan manfaat karena impor jadi lebih mahal,” jelasnya.

Menurut Susilo, lamanya tren kenaikan tergantung kondisi global, terutama kebijakan suku bunga The Fed. "Jika The Fed mempertahankan atau menurunkan suku bunga, permintaan emas kemungkinan terus naik, The Fed menaikkan suku bunga, permintaan emas bisa tertahan," jelasnya.

“Kalau suku bunga Amerika naik, investor mungkin kembali ke dolar. Tapi itu pun menimbulkan ketegangan politik karena Presiden Trump cenderung menentang kenaikan suku bunga,” pungkas Susilo.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us

Latest News Jogja

See More

Sepeda Motor Milik Korban Kecelakaan di Sungai Winongo Kecil Ditemukan

26 Nov 2025, 07:01 WIBNews