Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Dosen FK-KMK UGM, Gunadi. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Yogyakarta, IDN Times - Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM), Gunadi, menyebut pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) turut membantu membentuk kekebalan komunal. Ia menyebut masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan dengan sejumlah varian COVID-19 yang ada.

"Kemudian bagaimana dengan China, kok bisa tinggi lagi? Mungkin ya ini baru hipotesis, kekebalan komunal mereka kan di-lockdown cukup lama, sedangkan kita masyarakat Indonesia ada keuntungan juga dengan sedikit pelonggaran-pelonggaran PPKM itu ya. Jadi kita mungkin sedikit banyak sudah terpapar alamiah," ujar Gunadi, di FK-KMK UGM, Senin (9/1/2023).

1. Terbentuk kekebalan komunal

Ilustrasi corona. (IDN Times/Arief Rahmat)

Diungkapkan Gunadi, hal tersebut bisa dibuktikan dengan kadar antibodi masyarakat Indonesia, yang dirilis Kementerian Kesehatan cukup tinggi. Menurutnya, hal tersebut tidak hanya karena peran vaksin.

"Tapi juga peran terpapar infeksi alamiah, tapi kalau perlindungan yang berlebihan, seperti dalam tanda kutip berlebihan yang dilakukan China lockdown bertahun-tahun, sampai sekarang, itu ternyata tidak membuat kekebalan komunal lebih cepat daripada Indonesia, yang dilonggarkan bertahap," kata Gunadi.

Meski begitu, Gunadi menganjurkan agar vaksinasi tetap digenjot. Terutama untuk mereka yang berisiko tinggi terpapar COVID-19, baik dewasa maupun manula. Termasuk untuk vaksin anak-anak di bawah 18 tahun, di atas 6 tahun.

"Nah itu harus dioptimalkan, kalau saya itu kuncinya vaksinasi terutama masyarakat jangan enggan untuk dilakukan booster," ujar Gunadi.

2. Vaksinasi tetap harus digenjot

Editorial Team

Tonton lebih seru di