Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Menaker Minta Lulusan UGM Tak Tambah Angka Pengangguran

Universitas Gadjah Mada (Dok. Humas UGM)
Universitas Gadjah Mada (Dok. Humas UGM)

Sleman IDN Times -  Lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta diminta untuk tidak menjadi penyumbang angka pengangguran berpendidikan di Indonesia. Hal tersebut disampaikan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah saat memberikan pembekalan kepada Calon Wisudawan Program Sarjana dan Diploma Periode I Tahun Akademik 2022/2023 UGM di Grha Sabha Pramana UGM Yogyakarta, Selasa (22/11/2022).

"Saya berharap UGM tidak menyumbangkan pengangguran di Indonesia. Saya berharap lulusan UGM bukan (bagian) dari yang 1,2 juta lulusan S1 yang menganggur," kata Ida

1. Pekerja di Indonesia didominasi tingkat SMP ke bawah

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah (dok. Kemnaker)
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah (dok. Kemnaker)

Ida menjelaskan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pekerja di Indonesia didominasi oleh SDM dengan tingkat pendidikan SMP ke bawah dengan persentase mencapai 56 persen. Sementara, pengangguran di Indonesia diisi oleh SDM dengan tingkat pendidikan lebih baik mulai dari SMA/SMK, diploma, diploma I, hingga diploma II.

"Ironi, yang bekerja tingkat pendidikannya SMP ke bawah, sementara yang menganggur justru didominasi yang tingkat pendidikannya lebih tinggi," ujar Ida.

Ida menambahkan masalah lapangan kerja, menjadi tantangan terbesar bagi perguruan tinggi karena lulusan merasa tidak sesuai dengan lapangan kerja yang ada. "Yang tidak berpendidikan dia mau bekerja apa saja, yang punya pendidikan tinggi dia akan milih-milih dan ternyata yang dipilih tidak ada sehingga lebih memilih menganggur daripada bekerja karena tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya," kata dia.

2. Mayoritas lulusan perguruan tinggi bekerja di sektor formal

UGM selenggarakan wisuda daring dan luring. Dok: Humas UGM
UGM selenggarakan wisuda daring dan luring. Dok: Humas UGM

Ida menyebutkan 83 persen pekerja yang berpendidikan tinggi berada di lapangan usaha sektor tersier yang didominasi oleh usaha perdagangan dan jasa. Mayoritas lulusan perguruan tinggi, kata dia, bekerja di sektor formal.

Fakta tersebut, menurutnya, merupakan indikasi positif bahwa semakin banyak lulusan perguruan tinggi maka akan semakin mendorong pertumbuhan sektor formal di Indonesia.

Pada Agustus 2022 jumlah penduduk usia kerja di Indonesia mencapai 209,42 juta, dengan angkatan kerja mencapai 143,7 juta. "Jumlah penduduk usia kerja yang besar ini merupakan tanda periode puncak garis demografi yang sedang kita alami," kata dia.

 

3. Pekerjaan baru membutuhkan kompetensi baru yang harus dikuasai tenaga kerja

Ilustrasi tenaga kerja terdampak wabah COVID-19. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Ilustrasi tenaga kerja terdampak wabah COVID-19. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Ida menyampaikan digitalisasi telah membawa perubahan terhadap jenis pekerjaan dan skill yang dibutuhkan di pasar kerja. Menurut dia, tumbuhnya jenis pekerjaan baru membutuhkan kompetensi baru yang harus dikuasai tenaga kerja agar tidak tertinggal dalam persaingan global. Tenaga kerja, dituntut tidak hanya menguasai penguasaan teknologi, namun memiliki soft skill yang memadai.

Di era kemajuan teknologi saat ini, kata Ida, soft skill sangat dibutuhkan karena hard skill bisa dipenuhi dengan teknologi, sementara soft skill tidak bisa diganti dengan teknologi.
Oleh sebab itu, dibutuhkan pemikiran yang kreatif, inovatif, analitis, kritis, fleksibel dan kewirausahaan dari generasi muda saat ini agar bisa berdaya saing memasuki dunia kerja di era digital.

"Hal-hal ini harus menjadi highlight dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja di tengah kemajuan teknologi dan informasi," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us