Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kronologi PKL dan Personel Keamanan Malioboro Berujung Ricuh

Kericuhan melibatkan sejumlah pedagang kaki lima (PKL) dan petugas keamanan terjadi di area Teras Malioboro 2, Kota Yogyakarta, DIY, Sabtu (13/7/2024) malam. (Dokumentasi Istimewa)

Yogyakarta, IDN Times - Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Aditya Surya Dharma membeberkan pemicu kericuhan yang terjadi di Teras Malioboro 2, Kota Yogyakarta, Sabtu (13/7/2024) malam.

Aditya menyebut kejadian ini melibatkan pedagang kaki lima (PKL) dan sejumlah personel keamanan yang bertugas di kawasan Malioboro.

"Dari TM2 (pedagang Teras Malioboro 2) ingin berjualan kembali di selasar pedestarian. Tapi aturan pemda mereka tetap di dalam sehingga terjadi gesekan," kata Aditya saat ditemui di Teras Malioboro 2. 

1. Saling klaim terkena pukulan

Kericuhan melibatkan sejumlah pedagang kaki lima (PKL) dan petugas keamanan terjadi di area Teras Malioboro 2, Kota Yogyakarta, DIY, Sabtu (13/7/2024) malam. (Dokumentasi Istimewa)

Dalam insiden ini, kata Aditya, polisi memperoleh laporan kedua pihak bersitegang saling mengklaim kena pukul. "Menurut pengakuan pihak UPT maupun PKL, ada yang merasa kena pukul," ujar Aditya.

"Kami imbau apabila ada yang merasa teraniaya atau kena (tindak) penganiayaan bisa koordinasi ke kepolisian," imbuhnya.

2. Musim liburan, jaga citra Kota Wisata

Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Aditya Surya Dharma (IDNTimes/Tunggul Damarjati)

Tak kalah penting, Aditya mengingatkan kepada siapa saja untuk menjaga citra Kota Yogyakarta yang kini jadi magnet wisatawan selama musim liburan. Ia mengimbau kepada seluruh elemen terkait perkara ini untuk dapat menahan diri.

"Situasi di sekitar di Malioboro bisa dilihat banyak pengunjung wisatawan yang mau berkunjung maupun berbelanja. Sehingga, sekali lagi saya mengimbau untuk menahan diri tidak terjadi eskalasi yang lebih buruk. Mari menjaga image Kota Yogyakarta sebagai kota pariwisata pendidikan dan kota budaya," pesannya.

3. Ingin berjualan kembali di trotoar

Ilustrasi lalu lintas di Jalan Malioboro. (IDN Times/Febriana Sinta)

Sebelumnya, kericuhan melibatkan sejumlah pedagang kaki lima (PKL) dan petugas keamanan terjadi di area Teras Malioboro 2, Kota Yogyakarta, DIY, Sabtu (13/7/2024) malam.

Kronologi kejadian diduga terjadi saat personel keamanan kawasan Malioboro ingin menghadang PKL agar tak lagi berjualan atau membuka lapak di selasar. Sebelum kericuhan terjadi, para PKL Teras Malioboro 2 menuntut agar bisa berdagang kembali di kawasan pedestrian atau trotoar.

Saat menuju area pedestrian, petugas menutup kedua gerbang Teras Malioboro 2 sehingga para pedagang tertahan di dalam. Aksi saling dorong pun tak terelakkan.

"Tadi dari pihak keamanan lakukan blokade atau penutupan gerbang depan sehingga memang tidak ada akses keluar untuk teman-teman pedagang untuk keluar jadi tadi sempat dorong-dorongan dan memang sedikit memanas," kata Ketua Paguyuban Koperasi Tri Dharma Arif Usman, Sabtu (13/7/2024) malam.

Keributan lagi-lagi pecah saat sejumlah pedagang berupaya menjajakan barang dagangannya dari area dalam Teras Malioboro 2 kepada wisatawan yang melintas di pedestrian.

Barang-barang dagangan yang tergantung di pagar, diambil sejumlah petugas berjaga yang mengenakan seragam hitam.

4. Kecewa dengan sikap pemerintah terkait rencana relokasi

Kericuhan melibatkan sejumlah pedagang kaki lima (PKL) dan petugas keamanan terjadi di area Teras Malioboro 2, Kota Yogyakarta, DIY, Sabtu (13/7/2024) malam. (Dokumentasi Istimewa)

Arif menjelaskan, aksi berjualan di selasar merupakan wujud kekecewaan para pedagang terhadap respons pemerintah dalam wacana relokasi PKL Teras Malioboro jilid 2.

Aksi berjualan di selasar sudah berlangsung sejak Jumat sore (12/7/2024). Kekecewaan pedagang memuncak lantaran audiensi antara PKL Teras Malioboro 2 dan pemerintah di Kantor DPRD DIY tak diikuti perwakilan Pemkot Yogyakarta.

Dari unsur pemerintah, katanya, hanya diwakili perwakilan Pemda DIY saja. "Kita menunggu adanya komunikasi dua arah antara pemangku kebijakan dengan kami pedagang kaki lima yang terdampak dalam relokasi tahap berikutnya, karena selama ini memang tidak pernah ada pelibatan sama sekali," katanya.

Ia menekankan, semua pihak terkait semestinya duduk bersama dalam wacana relokasi ini, sehingga penempatan dan penentuan lokasi tidak berlangsung sepihak.

"Sebenarnya teman-teman ini menerima asalkan kita dilibatkan. Kedua, kita itu bukan barang yang cuma  dipindahkan kita harus tahu seperti apa relokasi kita ke depannya. Berkaca dari jilid 1, relokasi tapi kesejahteraan kita diabaikan, kita tidak mau," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us