Ekonom UGM Sebut Daya Beli Masyarakat Turun, Ini Penjelasannya

- Ekonom UGM memperkirakan penurunan daya beli masyarakat akan berlangsung hingga akhir tahun 2025.
- Inflasi pada momen Ramadan diprediksi lebih kecil, menunjukkan awal tekanan ekonomi di tahun 2025.
- Kebijakan efisiensi anggaran pemerintah membuat masyarakat cenderung menahan pengeluaran dan mempertimbangkan investasi.
Yogyakarta, IDN Times – Daya beli masyarakat alami penurunan pada momen Ramadan 2025. Bahkan, Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Yudistira Hendra Permana, memperkirakan lesunya daya beli ini akan berlangsung hingga akhir tahun.
“Tahun ini bakal beda dari sebelum-sebelumnya. Bedanya dari apa sih kalau saya melihat tren data makro, deflasi itu terjadi. Kemarin Februari kan deflasi lagi, artinya penurunan daya beli itu terjadi secara gradual,” ujar Yudistira, Kamis (13/3/2025).
1.Pengeluaran saat Ramadan tidak sebesar sebelumnya

Dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi UGM itu mengatakan, Ramadan ini menjadi pembuktian. “Biasanya setiap Ramadan ramai orang spending. Mungkin Maret akan inflasi, tapi coba dibandingkan inflasi nanti tahun-tahun sebelumnya,” ujar Yudistira.
Yudistira menilai inflasi pada momen Ramadan hingga Lebaran atau bulan Maret diprediksi lebih kecil jika dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini dinilai menunjukan awal tekanan ekonomi di tahun 2025. “Kayaknya merupakan awalan untuk tekanan ekonomi lebih dalam, jika tidak diantisipasi pemerintah,” ujar Yudistira.
2.Efisiensi anggaran berdampak ke masyarakat

Menurut Yudistira, efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah memberi efek domino. Kebijakan tersebut membuat masyarakat cenderung menahan pengeluaran.
“Alih-alih spending, lebih ke menahan uangnya. Kita semua menghadapi ketidakpastian semua. Beberapa hari ini harga emas trennya gila-gilaan. Artinya ada penyimpanan bentuk emas, mungkin ada yang lain juga,” kata Yudistira.
3.Tahun 2025 jadi tahun yang berat

Secara umum, Yudistira menilai tahun 2025 ini tahun yang berat. Hanya momen Lebaran nanti yang dinilai akan menunjukkan puncak naiknya ekonomi. “Setelah itu ya biasa-biasa saja. Ramai enggak, sepi ya biasa saja,” kata dia.
Yudistira menyebut masyarakat lebih mempertimbangkan pengeluaran untuk sekolah atau keperluan lain, atau mungkin lebih memilih untuk investasi. “Tambah lagi rekrutmen CPNS (pengangkatan) Oktober, banyak pekerja baru lulusan baru ya tidak pegang uang,” ungkapnya.