Dicurhati Petani Sleman, Ini Solusi yang Ditawarkan Harda-Danang

- Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Sleman nomor urut 2, Harda Kiswaya-Danang Maharsa mendengarkan aspirasi petani dan masyarakat terkait harga salak pondoh yang terus turun.
- Petani salak pondoh mengeluhkan harga yang rendah selama lima hingga sepuluh tahun terakhir, serta penurunan produktivitas tanaman di wilayah Turi.
- Harda-Danang berjanji akan membantu proses perizinan rest area di Turi, menyediakan alat pertanian modern, dan meremajakan pohon salak untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Sleman, IDN Times - Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Sleman nomor urut 2, Harda Kiswaya-Danang Maharsa menemui perwakilan petani dan elemen masyarakat dari 17 kapanewon atau kecamatan di Sleman.
Dalam momen ini, Harda-Danang mendengarkan aspirasi dari para petani, mulai dari rendahnya harga komoditas hingga persoalan kebutuhan alat pertanian.
1. Curhat harga salak pondoh rendah

Salah satu yang menyampaikan aspirasinya adalah Aspiyan, petani salak pondoh asal Bangunkerto, Turi. Dia curhat harga salak pondoh beberapa tahun terakhir sangat rendah di pasaran.
"Selama lima hingga sepuluh tahun terakhir, harga salak saat panen raya hanya mencapai Rp1.000," katanya di salah satu resto.
Selain itu, Aspiyan turut menyoroti penurunan produktivitas tanaman salak di wilayah Turi yang berlangsung menahun. Ia juga berharap ada rest area untuk memasarkan salak pondoh dan produk UMKM lokal di Turi.
"Rest area di Bangunkerto terkendala perizinan karena lahan yang digunakan adalah Tanah Kasultanan. Kami berharap bantuan untuk mengurus izin ini," pinta Aspiyan.
Ketua Petani Milenial Sumberharjo, Prambanan, Yanto Jepang menyampaikan harapannya supaya paslon Harda-Danang bersedia membantu menyediakan alat-alat serta pendampingan metode pertanian modern.
2. Solusi Harda bakal koordinasi dengan pemda

Menanggapi soal kebutuhan rest area di Turi, Harda Kiswaya berjanji akan berkoordinasi dengan Pemda DIY untuk membantu proses perizinannya.
"Jika kami dipercaya memimpin, kami akan berkoordinasi dengan Pemda DIY dan berharap juga bisa mendapatkan dukungan pendanaan untuk mempercepat perekonomian di Turi," ujar Harda.
Soal alat-alat serta pendampingan metode pertanian modern, Harda menanggapi dengan menyatakan bahwa pihaknya akan melibatkan akademisi guna memastikan bantuan yang diberikan sesuai kebutuhan para petani.
"Kami perlu berkonsultasi dengan akademisi sebagai stakeholder agar bantuan yang diberikan tepat guna," ujar mantan Sekda Sleman tersebut.
3. Butuh peremajaan pohon salak

Calon Wakil Bupati, Danang Maharsa mengusulkan peremajaan pohon salak guna meningkatkan kesejahteraan para petani salak di Turi.
Metode ini dirasa perlu, mengingat sebagian besar pohon yang ada saat ini sudah berusia lebih dari 20 tahun.
"Produktivitas salak di Turi kalah dibanding daerah lain yang pohonnya lebih muda. Peremajaan ini memerlukan waktu sekitar lima tahun sebelum bisa dipanen," papar Danang.
Solusinya, Danang berencana melanjutkan program cangkok induk tanaman salak yang pernah dijalankan kala ia menjabat sebagai wakil bupati bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY.
Koordinator Relawan Bolone Pakne sekaligus penyelenggara diskusi, Muhammad Abdul Khaq menyebut jika Sleman membutuhkan perubahan untuk menjadi kabupaten yang lebih baik. Dia pun optimistis Harda-Danang mampu melakukannya.
"Kami percaya Pak Harda dan Mas Danang bisa membawa perubahan itu. Kami mendukung mereka berdua," ucap Abdul Khaq.