Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi penggunaan teknologi AI dalam produksi film.
Ilustrasi penggunaan teknologi AI dalam produksi film.(Dok.Istimewa)

Intinya sih...

  • AI memiliki dua sisi yang saling berlawanan, yaitu membawa efisiensi besar dalam berbagai tahap produksi, mulai praproduksi hingga pascaproduksi.

  • AI juga membuka peluang kreativitas baru. Sineas kini bisa bereksperimen melampaui keterbatasan teknis maupun finansial.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bantul, IDN Times - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) semakin merambah ke berbagai sektor, termasuk industri kreatif dan perfilman. Jika dulu proses produksi film identik dengan biaya tinggi, waktu panjang, serta keterbatasan teknis, kini AI menawarkan cara baru yang lebih cepat, murah, dan canggih. Mulai dari penulisan ide cerita, pembuatan efek visual, hingga pascaproduksi. Pekerjaan yang sebelumnya hanya bisa dilakukan di studio besar, kini dikerjakan lebih sederhana, bahkan oleh kreator independen dengan modal terbatas.

1. AI dalam dunia perfilman membawa efisiensi di tahap produksi

Ilustrasi penggunaan teknologi AI dalam produksi film.(tengah kacamata) saat melakukan pembuatan film bersama UKM MM Kine UMY.(Dok.Humas UMY)

‎Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Budi Dwi Arifianto menilai kehadiran AI memiliki dua sisi yang saling berlawanan. Di satu sisi, AI membawa efisiensi besar dalam berbagai tahap produksi, mulai praproduksi hingga pascaproduksi. Namun di sisi lain, muncul persoalan baru terkait etika, hak cipta, dan ancaman terhadap profesi pekerja kreatif.

‎“Manfaat paling nyata dari AI terlihat pada efisiensi produksi. Di tahap praproduksi misalnya, AI dapat membantu penulisan ide, logline, sinopsis, hingga storyboard. Saat proses produksi, teknologi seperti virtual cinematography dan generative background mempermudah sineas menciptakan adegan kompleks. Begitu juga di pascaproduksi, AI sudah mampu melakukan dubbing, pembuatan efek visual, dan lain sebagainya. Semua itu membuat produksi lebih efisien dan cepat,” jelas Budi, yang akrab disapa Tobon, Kamis (21/8/2025).

‎2. AI membuka peluang kreativitas baru bagi sineas

Ilustrasi penggunaan teknologi AI dalam produksi film.(Dok.Istimewa)

Tobon menilai AI juga membuka peluang kreativitas baru. Sineas kini bisa bereksperimen melampaui keterbatasan teknis maupun finansial.

‎“AI memungkinkan pembuatan dunia fantasi yang dulu hanya bisa dilakukan studio besar. Bahkan kini, satu orang bisa menghasilkan karya berskala besar tanpa tim besar. Aksesibilitas semakin terbuka. Misalnya, AI mampu menghadirkan kembali tokoh sejarah atau budaya klasik melalui visualisasi digital yang lebih hidup,” tuturnya.

Tobon menegaskan kehadiran AI juga menimbulkan keresahan. Tantangan pertama adalah soal etika dan kepemilikan karya.

‎“AI bisa meniru karakter bahkan mengubahnya sedikit agar terlihat berbeda. Ini problematik, karena karakter itu ada pemiliknya. Maka akan muncul pertanyaan: karya itu milik siapa? Seniman atau mesin? Regulasi hukum dan hak cipta harus segera dipertegas,” tegasnya.

‎Tantangan berikutnya adalah ancaman terhadap profesi kreatif, mulai dari penulis naskah, editor, hingga animator. Menurutnya, peran editor kini mulai bergeser dari pengolahan manual menjadi kemampuan meracik prompt untuk AI.

‎“Meskipun AI bisa membantu banyak pekerjaan manusia, saya yakin ia belum mampu menyentuh kualitas emosional dalam film. Film bukan sekadar teknis, tapi pengalaman batin yang otentik dari seorang seniman. Sentuhan humanis dan spontanitas itulah yang membedakan karya manusia dengan mesin,” jelas Tobon.

3. Kehadiran AI jadi ancaman sekaligus peluang ‎

Ilustrasi penggunaan teknologi AI dalam produksi film.(Dok.Istimewa)

‎Meski penuh tantangan, Tobon tetap optimistis. Kehadiran AI, tidak hanya membawa ancaman, melainkan juga peluang besar bagi perkembangan perfilman di Indonesia, terutama bagi generasi muda yang baru merintis karier.

‎“Kunci pemanfaatan AI ada pada cara sineas memposisikannya. Gunakan AI sebagai asisten kreatif, bukan sutradara penuh. Jadikan ia otak kedua, bukan otak pertama. Karena bagaimanapun, gagasan sejati tetap lahir dari manusia,” pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team