TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Aksi Perusakan dan Klitih di Sleman, Eksekutor Street Gang Mabuk Berat

Pelaku seorang residivis kasus klitih 

Komplotan Street Gang, pelaku aksi klitih di Sleman saat digiring ke Polda DIY, Jumat (10/1). (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Sleman, IDN Times - Sepuluh remaja anggota geng remaja yang jadi pelaku perusakan warung makan Penyetan Torres di Jalan Anggajaya, Condongcatur, Depok, Sleman, DIY, Sabtu (4/1) telah dibekuk.Mereka juga terlibat tindak kejahatan jalanan atau klitih.

Berdasarkan pengakuan pelaku, saat melakukan perbuatannya mereka dalam kondisi di bawah pengaruh minuman keras alias mabuk. 

Baca Juga: Polisi Tangkap Pelaku Klitih dan Perusakan Warung Makan di Sleman

1. Mabuk sebelum beraksi

Komplotan Street Gang saat digiring ke Polda DIY, Jumat (10/1). (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Kasat Reskrim Polres Sleman AKP Rudy Prabowo mengatakan, para pelaku ini sebelum kejadian perusakan di Jalan Anggajaya lalu, terlebih dahulu berkumpul di sebuah kafe di Jalan Nologaten, Caturtunggal, Sleman. Mereka mengadakan semacam syukuran atas terpilihnya ketua gang yang baru, Sabtu (4/1) malam.

"Minum-minum (minuman keras) dia (pelaku)," kata Rudy, Jumat (10/1).

2. Saking mabuknya sampai salah pakai celurit

Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Yuliyanto dan Kapolres Sleman AKBP Rizky Ferdiansyah menunjukan barang bukti. (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Usai pesta di kafe itu, Street Gang ini kemudian bersitegang dengan kelompok gang lain hingga terjadi aksi kejar mengejar. Salah satu pelaku, AGW (21) warga Baciro, Yogyakarta mempersenjatai dirinya dengan dua buah celurit.

Aksi kejar-kejaran itu sempat terhenti di tiga titik, termasuk warung penyetan Torres dan yang terakhir Jalan Moses Gatotkaca, Caturtunggal, Depok, Minggu (5/1/2020). Perhatian kelompok ini teralihkan oleh sosok Rezafianto Bondan Pratama Putra (20) dan Raden Muhammad Zaidan Zafran (18).

"Dia melihat rombongan (pelaku), rombongan merasa ditantang kemudian putar balik, dan (korban) dibacok," ujar Rudy.

Hanya saja, kondisi AGW selaku eksekutor saat itu memang sudah terlanjur mabuk berat. Ia pun salah memegang celurit. Yang ia gunakan untuk melukai korban adalah bagian yang tumpul.

"Dia itu mbacoknya gak sadar. Itu dia sudah mabuk, kaki aja sudah gak bisa napak di pancikan (foot step) motor. Membacok korban. Saksi mengira korban sudah mati, ternyata gak. Lukanya hanya memar karena dia kebalik (pegang celuritnya).

Baca Juga: 10 Tips Menghindarkan Diri dari Bahaya Klithih di Malam Hari

Berita Terkini Lainnya