TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peneliti UGM: Dampak Ekonomi Virus Corona Baru Lebih Besar dari SARS

Dampak tidak hanya dirasakan Tiongkok

Peneliti IIS UGM. IDN Times/Siti Umaiyah

Sleman, IDN Times - Peneliti dari Institute International Studies (IIS) Universitas Gadjah Mada (UGM) memperkirakan dampak dari 2019-nCoV atau virus corona baru lebih besar dibandingkan dengan dampak dari SARS yang dulu sempat melanda Tiongkok.

Indrawan Jatmika, Peneliti IIS menjelaskan, jika merujuk pada merebaknya SARS pada 2002 lalu, terjadi penurunan ekonomi Tiongkok yang cukup kuat, dari yang awalnya 11,1 persen menjadi 9,1 persen.

Baca Juga: Antisipasi Penyebaran Corona, Disnakertrans DIY Setop TKA Tiongkok

1. Bertepatan dengan Tahun Baru Imlek

Peneliti IIS UGM. IDN Times/Siti Umaiyah

Menurut Indrawan, 2019-nCoV dampaknya diperkirakan akan jauh lebih besar lantaran bertepatan dengan Tahun Baru Imlek, di mana pada momen itulah konsumsi produk dalam negeri sedang baik-baiknya. Dia menjelaskan, dengan adanya virus corona, banyak bisnis yang ditutup, baik makanan, manufaktur, teknologi maupun pariwisata.

"Itu adalah sumber pendapatan uang utama dari warga lokal. Perputaran uang banyak yang terganggu," ungkapnya dalam konferensi pers yang dilakukan pada Rabu (5/2).

2. Saham turun hingga 8 persen

Peneliti IIS UGM. IDN Times/Siti Umaiyah

Menurut Indrawan, Wuhan sendiri merupakan kota industri di Tiongkok. Ketika wabah virus corona terjadi di Wuhan, maka perekonomian Tiongkok juga ikut terganggu. Bahkan, saat ini rata-rata harga saham sudah turun sampai 8 persen.

"Banyak pabrik tidak bisa operasi, buruh dirumahkan. Ada kekhawatiran besar, tidak hanya, Tiongkok tapi juga dunia. Perusahaan asing, Apple, Starbucks, Huawei, banyak yang menutup pabrik. Ini juga sangat berpengaruh kepada harga saham. Rata-rata turun 8 persen, tapi kita belum tahu berapa besarnya. Ini masih di fase awal," ungkapnya.

Baca Juga: Imbas Wabah Virus Corona Harga Lobster dan Bawal Laut Terjun Bebas

Berita Terkini Lainnya