TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Metode Wolbachia Mampu Turunkan 77 Persen Kasus DBD di Kota Jogja  

Selama empat tahun kasus DBD turun sebanyak 1.400 kasus 

Adi Utarini, Peneliti Utama. Dok: istimewa

Sleman, IDN Times - Metode Wolbachia terbukti efektif menurunkan 77 persen kasus dengue demam berdarah di daerah intervensi.

Peneliti Utama World Mosquito Program (WMP), Adi Utarini menjelaskan penelitian yang dimulai tahun 2017 ini menyasar sebanyak 35 dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta dengan populasi 312.000 penduduk. Penelitian ini menggunakan standar terbaik dengan rancangan RCT (Randomised Controlled Trial).

Baca Juga: Pelepasan Nyamuk Ber-Wolbachia Sukses Kurangi Kasus Demam Berdarah

1. Lakukan identifikasi sebanyak 18 puskesmas

41330 dari Pixabay" target="_blank">pixabay.com

Uut, panggilan akrab Adi Utarini mengatakan penelitian RCT telah menunjukkan hasil yang signifikan. Sebanyak 12 area di Kota Yogyakarta dan sebagian Kabupaten Bantul dipilih secara acak dan memperoleh intervensi dengan melepaskan nyamuk yang mengadung Wolbachia. Sedangkan 12 area lainnya, tanpa intervensi Wolbachia atau yang disebut area kontrol.

Setelah periode pelepasan nyamuk ber-Wolbachia, WMP Yogyakarta melakukan monitoring nyamuk dan melakukan perekrutan pasien demam di Puskesmas. Sebanyak 8.144 pasien demam berusia 3 hingga 45 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Mereka diidentifikasi dari 18 Puskesmas di seluruh Kota Yogyakarta dan sebagian wilayah di Bantul.

Dari hasil penelitian menunjukkan dampak signifikan dari metode Wolbachia dalam menurunkan demam berdarah di wilayah perkotaan

“Hasil penelitian yang menggembirakan ini merupakan keberhasilan utama yang dipersembahkan bagi Yogyakarta, Indonesia dan dunia. Di Indonesia, diperkirakan terdapat tujuh juta kasus demam berdarah setiap tahunnya," ungkapnya pada Rabu (26/8/2020).

2. Penelitian RCT dipilih lantaran memberikan evidence kuat

Trihadi Saptoadi, Ketua Badan Pengurus Yayasan Tahija. Dok: istimewa

Ketua Badan Pengurus Yayasan Tahija, Trihadi Saptoadi menjelaskan pemilihan penelitian dengan menggunakan RCT lantaran metode ini mampu memberikan bukti atau evidence yang paling kuat bagi suatu penelitian ilmiah. Di dalam menjalankan penelitian, semua proses diawasi dan didukung oleh beberapa komite yang independen.

"Ada komite etik dan komite resiko yang memberikan lampu hijau di awal proyek. Juga ada Trial Steering Committee dengan anggota-anggota yang mewakili pemangku kepentingan," terangnya.

Baca Juga: STA Desa Srigading Akan Dirobohkan, Petani Ancam Bakar Alat Berat

Berita Terkini Lainnya