Tangani Masalah Sampah, UGM Usulkan Konsep Pembuangan Berbayar

Pembuang sampah sembarangan mendapat tindak pidana ringan

Sleman, IDN Times - Pengelolaan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih menjadi tantangan. Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada (PSLH UGM), Mohammad Pramono Hadi menawarkan solusi untuk konsep sampah berbayar.

“Hal yang harus kita sadari adalah mengenalkan dulu jenis sampah kepada masyarakat dan dilakukan dengan membuat Perda, serta saya mengusulkan konsep sampah berbayar,” ungkap Pramono, Kamis (27/7/2023).

1. Ini konsep sampah berbayar yang disampaikan oleh TA

Tangani Masalah Sampah, UGM Usulkan Konsep Pembuangan BerbayarIlustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Konsep dari sampah berbayar adalah jika seseorang atau keluarga ingin membuang sampah dengan membayar sedikit, maka harus mengelola sampahnya sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan pemilahan sampah secara mandiri.

Jika mempunyai sampah dari bahan organik dapat dikelola sendiri dengan dijadikan kompos. Sampah dari kertas disisihkan sendiri, serta sampah plastik juga disisihkan sendiri, yang nantinya akan ada pihak ketiga mengambil. "Harapannya nanti yang diambil adalah residunya saja sehingga menjadi lebih sedikit," kata Pramono.

2. Pembuang sampah sembarangan mendapat tindak pidana ringan

Tangani Masalah Sampah, UGM Usulkan Konsep Pembuangan Berbayarilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Pramomo mengatakan, pasti akan ada warga yang mampu membayar lebih banyak, dikarenakan tidak sempat mengelola sampahnya sendiri. Apabila proses 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada sampah dilakukan dan diperketat, maka masyarakat akan berhemat. Misalnya sampah sisa makanan di suatu daerah tertentu akan dikumpulkan untuk bahan makan maggot.

"Hal-hal semacam ini diharapkan akan muncul dengan sendirinya. Termasuk yang buang sampah sembarangan diberikan sanksi bukan hanya teguran tapi menjadi tindak pidana ringan yang bisa diadukan," ujar Pramono.

Baca Juga: Guru Besar UGM: Perlu Mindset Tidak Ada Sampah, Semua Bisa Diolah

Baca Juga: Maggot di Mendungan Jogja, Ubah Sampah Organik Jadi Bernilai

3. Teknologi pengolahan sampah di TPA Piyungan

Tangani Masalah Sampah, UGM Usulkan Konsep Pembuangan BerbayarIlustrasi TPA Piyungan Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)

TPA Piyungan pun harus ditambah dengan teknologi untuk pengelolaan sampah. Saat ini sedang ramai-ramainya pengurangan penggunaan bahan bakar batu bara untuk PLTU dengan cara co-firing yaitu campuran bahan bakar. "Sampah jika diproses dengan kadar air kurang dari 20 persen, maka akan mengandung kalori untuk bahan bakar," ucap Pramono.

Teknologi ini dapat diterapkan agar sampah yang terkumpul sebanyak 600 ton per hari di TPA Piyungan dapat dikelola dengan dicacah, dikompres dan diangin-anginkan kemudian dikemas maka akan menjadi rdf atau bahan bakar. Plastik memiliki kalori untuk menggantikan fungsi batu bara pada prosesnya. Sampah yang ada di TPA Piyungan bisa ditambang secara sedikit demi sedikit, kemudian dipilah dan diolah, salah satunya menjadi pupuk dan bahan bakar. Maka hal ini akan bisa memfungsikan lebih luas TPA Piyungan. 

“Proses secara mekanistik dari sampah siap menjadi bahan bakar dihitung, membutuhkan biaya berapa, sehingga nanti dapat ditentukan ongkos sampah berbayarnya menjadi berapa. Hal ini harus terintegrasi dengan pemerintah yang dilindungi dengan Perda yang kuat,” pungkasnya. 

Baca Juga: TPA Piyungan Tutup, Sampah Menumpuk di Pasar Kota Yogyakarta

Baca Juga: 5 Tips Mengurangi Sampah Sisa Makanan di Rumah, Yuk, Lebih Cerdas

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya