TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mahasiswa UNY Temukan Obat Luka dari Ekstrak Kopi Robusta

Penelitian bisa dijadikan alternatif bidang kesehatan

Dok. Humas UNY

Sleman, IDN Times - Luka insisi yang diakibatkan oleh irisan benda tajam dalam penyembuhannya termasuk membutuhkan proses yang dinamis dan kompleks. Akan tetapi, luka tersebut dapat dipercepat penyembuhannya dengan senyawa yang memiliki sifat anti-inflamasi yang bertujuan mengurangi tanda-tanda dan gejala peradangan.

Melihat hal tersebut, sekelompok mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang terdiri dari Anisa Ratih Pratiwi Prodi Pendidikan Biologi, Asmi Aris Prodi Pendidikan Kimia, dan Denda Wiguna Prodi Biologi meneliti kopi robusta yang memiliki senyawa anti-inflamasi sebagai obat luka akibat sayatan benda tajam.

Baca Juga: Cari SDM Terbaik, AirAsia Rekrut Calon Pegawai ke Kampus di Yogyakarta

1. Serbuk kopi robusta bisa sembuhkan berbagi jenis luka

Dok. Humas UNY

Anisa Ratih Pratiwi menyebutkan jika kopi robusta dapat digunakan untuk menambah kecepatan berpikir dan inspirasi, menyembuhkan rasa kantuk dan kelelahan, meningkatkan sensor stimuli dan reaksi motorik, melebarkan pembuluh darah, mendorong aliran sekresi cairan maupun sekresi padat dari dalam tubuh sehingga badan terasa lebih segar.

Selain itu, serbuk kopi robusta dapat mengatasi berbagai jenis luka, mulai dari luka tergores benda tajam, luka bakar sampai luka koreng yang sudah terinfeksi.

"Kami melakukan penelitian dengan membuat salep ekstrak kopi robusta yang diujicobakan pada tikus putih dewasa galur wistar (Rattus novergicus L.)," ungkapnya.

2. Diujicobakan ke 15 tikus

Dok. Humas UNY

Asmi Aris menjelaskan, proses penelitian dimulai dari ekstraksi dan formulasi kopi robusta. Bahan yang digunakan adalah kopi robusta, adeps lanae, etanol 70%, Vaselin Album, TEA, aquades, dan Betadine.

“Sediaan salep yang akan dibuat dalam penelitian ini memiliki konsentrasi ekstrak kopi robusta yang berbeda-beda yaitu 13 persen, 26 persen, dan 52 persen untuk 3 kali pemakaian dalam sehari selama 7 hari pengamatan,” katanya.

Asmi menerangkan, untuk jenis tikus yang diujicobakan adalah tikus putih dewasa jantan galur wistar sebanyak 15 ekor dengan umur dua bulan dan berat badan 180-200 gram. Langkah pertama yang dilakukan yakni dengan menimbang dan mengelompokkan secara acak 15 tikus yang ada, setiap kelompok terdiri atas tiga ekor.

Kemudian kelompok K1 diberi pakan standar dan salep tanpa ekstrak kopi, kelompok K2 diberi pakan standar dan diberi betadine, kelompok K3 diberi pakan standar dan diberi salep ekstrak kopi robusta 13 persen, kelompok K4 diberi pakan standar dan diberi salep ekstrak kopi robusta 26 persen serta kelompok K5 diberi pakan standar dan diberi salep ekstrak kopi robusta persen.

"Tikus tersebut disayat pada bagian punggung menjadi sekali sayatan dengan masing-masing tikus dengan kedalaman 2 mm sepanjang 2 cm sejajar tulang vertebrae. Pemberian salep antiinflamasi dilakukan dengan cara memberikan pada bagian tikus dengan dosis 0,4 ml selama 7 hari," terangnya.

Baca Juga: Mengenal Dr. Sardjito, Rektor Pertama UGM dan Penemu Banyak Vaksin

Berita Terkini Lainnya