TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BPPTKG Naikkan Status Gunung Merapi Menjadi Siaga 

Kegempaan meningkat sejak bulan Oktober 2020

ANTARA FOTO/Rizky Tulus

Sleman, IDN Times - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG) menaikkan status erupsi Gunung Merapi dari Waspada (level) II menjadi Siaga (level III). 

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida dalam keterangan tertulisnya mengatakan peningkatan level tersebut lantaran adanya kenaikan aktivitas vulkanik saat ini dapat berlanjut ke erupsi yang membahayakan penduduk.

"Aktivitas vulkanik saat ini dapat berlanjut ke erupsi yang membahayakan penduduk. Sehubungan dengan hal tersebut maka status aktivitas Gunung Merapi ditingkatkan dari Waspada (level Il) menjadi Siaga (level Ill) berlaku mulai tanggal 5 November 2020 pukul 12.00 WIB," ungkapnya pada Kamis (5/11/2020).

Baca Juga: Antisipasi Erupsi Merapi BPBD Sleman Siapkan Barak sesuai Prokes COVID

1. Kegempaan meningkat sejak bulan Oktober 2020

Gunung Merapi. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Hanik mengatakan dari hasil analisa yang dilakukan BPPTKG, jumlah kegempaan Gunung Merapi mengalami peningkatan yang semakin intensif sejak Oktober 2020.

Pada tanggal 4 November 2020, rata-rata gempa VB terjadi 29 kali per hari, MP 272 kali per hari, guguran (RF) 57 kali per hari, hembusan (DG) 64 kali per hari. Laju pemendekan EDM Babadan mencapai 11 cm per hari dan energi kumulatif gempa (VT dan MP) dalam setahun sebesar 58 GJ.

"Kondisi data pemantauan di atas sudah melampaui kondisi menjelang munculnya kubah lava 26 April 2006, tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi sebelum erupsi 2010," katanya.

Baca Juga: 10 Tahun Erupsi Merapi, Mereka yang Mengungsi Tak Bisa Pulang ke Rumah

2. Dimungkinkan terjadi letusan eksplosif

Gunung Merapi kembali mengalami erupsi pada Jumat (10/4) pagi pukul 09.10 WIB.  Dok. BPPTKG

Berdasarkan pengamatan morfologi kawah Gunung Merapi dengan metode foto udara pada tanggal 3 November 2020, belum terlihat adanya kubah lava baru. Namun hingga saat ini jumlah kegempaan dan deformasi masih terus meningkat. Berdasarkan hal tersebut dimungkinkan terjadi proses ekstrusi magma secara cepat atau letusan eksplosif.

"Potensi ancaman bahaya berupa guguran lava, lontaran material dan awan panas sejauh maksimal 5 km," jelasnya.

Baca Juga: Aktivitas Merapi Meningkat, Wisata Kemah di Bukit Klangon Ditutup

Berita Terkini Lainnya