Kurangi Sampah Organik, Pemkot Jogja Luncurkan Program Mbah Dirjo

Mengompos dengan biopori

Yogyakarta, IDN Times - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta bersama Forum Bank Sampah (FBS) Kota Yogyakarta meluncurkan program 'Mbah Dirjo'. Program ini sebagai upaya menekan jumlah sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan.

Mbah Dirjo atau Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja adalah sebuah gerakan untuk mengajak masyarakat agar mereka mengelola sampah organik melalui biopori baik secara mandiri, di tingkat rumah tangga, atau secara komunal, dengan biopori jumbo.

1. Pengelolaan sampah organik mendesak digulirkan

Kurangi Sampah Organik, Pemkot Jogja Luncurkan Program Mbah DirjoGerakan pengelolaan sampah organik 'Mbah Dirjo'. (Dok. Istimewa)

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, yang juga merupakan ketua FBS Kota Yogyakarta, menuturkan untuk menekan produksi sampah secara keseluruhan, pihaknya tidak bisa berpuas diri meski pengelolaan limbah anorganik telah membuahkan hasil. "Sehingga pengelolaan sampah organik pun mendesak untuk digulirkan secara massal oleh warga masyarakat di Kota Yogya mulai dari level rumah tangga," katanya di Bank Sampah Giwangan Bersih RW 11 Mendungan, Giwangan, Sabtu (29/7/2023).

Aman menuturkan gerakan Mbah Dirjo dipilih agar pengurangan sampah organik bisa diolah langsung dari sumbernya. Gerakan ini juga untuk melihat perubahan perilaku masyarakat.

"Ketika dulu sampah organik di rumah tidak diapa-apakan lalu bisa masuk ke biopori. Jika satu rumah tangga memiliki satu atau dua biopori dan menjadi suatu hal yang sifatnya gerakan dan pembudayaan, itu akan berdampak luar biasa,” kata Aman.

2. Seluruh bank sampah siap jalankan Mbah Dirjo

Kurangi Sampah Organik, Pemkot Jogja Luncurkan Program Mbah DirjoRumah maggot, di Kampung Mendungan, Giwangan, Umbulharjo. (Dok. Istimewa)

Pada kesempatan tersebut Aman menegaskan bahwa seluruh bank sampah yang ada di Kota Yogya sudah siap dengan gerakan tersebut. "614 bank sampah di Kota Yogyakarta yang berbasis RW ini sudah menerapkan biopori atau gerakan Mbah Dirjo dalam upaya mengurangi sampah organik," ucap Aman.

Untuk besaran biopori ini dibagi menjadi tiga, yakni biopori jumbo yang besarnya 1 meter persegi, medium 0,5 meter persegi, dan kecil. "Ini bisa disesuaikan dengan lahan yang dimiliki oleh tiap-tiap rumah warga," ujarnya.

Aman mengungkapkan hasil olahan sampah organik juga dapat memberi berbagai manfaat, salah satunya bisa dimanfaatkan untuk pertanian. "Hasil dari pengolahan sampah organik itu kan bisa jadi pupuk dan dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Sehingga, tidak begitu saja dibuang ke TPA Piyungan, karena bisa diolah," tambahnya.

Baca Juga: Maggot di Mendungan Jogja, Ubah Sampah Organik Jadi Bernilai

3. Kurangi sampah organik 20 ton perhari

Kurangi Sampah Organik, Pemkot Jogja Luncurkan Program Mbah DirjoGerakan pengelolaan sampah organik 'Mbah Dirjo'. (Dok. Istimewa)

Pihaknya berharap dengan adanya gerakan ini bisa mengurangi jumlah sampah organik yang dibuang ke TPA Piyungan sekitar 20 ton per hari. Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo sangat menyambut baik langkah FBS Kota Yogyakarta dalam menekan sampah organik di masyarakat.

Singgih berharap dengan gerakan akan menjadi solusi untuk mengatasi tumpukkan sampah organik di tingkat rumah tangga. "Diharapkan dapat mengurangi sampah organik mencapai 20–30 persen dari 200 ton per hari sampah yang di hasilkan Kota Yogyakarta," ujarnya. 

Baca Juga: Piyungan Dibuka Terbatas, Tampung 100 Ton Sampah dari Kota Yogyakarta 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya