BBWSSO Tutup Pintu Air Sanggarahan, Prioritaskan Petani Padi
Dinas pertanian akan tertibkan petani ikan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Ratusan petani pangan yang berasal dari Kalasan, Berbah dan Prambanan kembali mengeluhkan tidak adanya air dari selokan Mataram untuk mengaliri sawah mereka.
Mereka menduga kejadian tersebut disebabkan lantaran sejumlah oknum petani ikan menyabotase air selokan Mataram. Selain itu, dibukanya pintu flushing Grojokan Sanggrahan, Dusun Sanggrahan, Maguwoharjo menambah beban petani.
Menanggapi keluhan petani pangan, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO) bersama dengan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman dan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Pemukiman Sleman melakukan penutupan pintu flushing Grojokan Sanggrahan pada Senin (3/2).
Baca Juga: Susah Mendapatkan Air Selokan Mataram, Petani akan Mengadu ke Sultan
1. Tujuan penutupan pintu air untuk pantau debit air di kawasan hilir
Kepala Seksi Pelaksanaan Operasional BBWSSO, Hanugerah Purwadi menjelaskan, selain ingin mengembalikan fungsi utama dari selokan Mataram, yakni untuk irigasi petani pangan, penutupan juga bertujuan untuk mengetahui debit air ke selokan terutama di kawasan hilir.
"Debit yang sebenarnya akan dilihat setelah sampai di Kalasan dan Prambanan. Penutupan ini kami lihat dalam beberapa waktu ke depan. Kalau mengalir dan cukup, maka akan dibuka sedikit untuk perikanan," katanya.
Hanugerah menyebutkan, aliran air selokan Mataram awalnya berasal dari Karangtalun, dengan debit normal pada kisaran 9-11 meter kubik/detik. Namun, saat ini hanya 5-6 meter kubik/detik. Hal tersebut juga menjadi salah satu penyebab berkurangnya aliran air selokan Mataram yang ada di hilir.
Baca Juga: Pengecer BBM di Bantul Mengaku Tak Bisa Lagi Beli Pertalite di SPBU