TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gelar Diskusi soal Kontroversi Disertasi, AJI: Jurnalis Mesti Bersabar

Sebab seks non-marital adalah hal yang kontroversial

IDN Times/Nindias Khalika

Sleman, IDN Times - Beberapa hari terakhir, disertasi milik Abdul Aziz, mahasiswa Doktoral UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul "Konsep Milk Al-Yamin Muhammad Syahrur sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Non-marital" menjadi bahan pemberitaan media massa dan menuai kontroversi.

Menanggapi hal ini, Ketua Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Yogyakarta Tommy Apriando mengatakan jurnalis yang meliput isu tersebut seharusnya tidak asal cepat memberitakan untuk sekadar mencari klik sebab akan berdampak banyak.

"Ketika berita itu keluar, dua hari kemudian UIN melakukan konferensi pers menanggapi pemberitaan teman-teman jurnalis lalu menjadi gaduh dan ramai diperbincangkan banyak pihak. Harusnya teman-teman jurnalis bersabar dahulu. Paling tidak membaca karya disertasi tersebut sehingga tidak keliru atau asal menafsirkan," ujarnya.

Baca Juga: Menulis Disertasi Kontroversial, Ini Sosok Abdul Aziz di Mata Kolega

1. Jurnalis mesti bersabar

IDN Times/Larasati Rey

Tommy menerangkan perlu bagi wartawan untuk membaca karya disertasi agar tidak keliru saat menafsirkan. Selain itu, kehadiran jurnalis pada saat sidang juga dipandang penting supaya ia mengetahui diskusi saat Abdul Aziz menerangkan karya ilmiahnya termasuk berapa promotor dan penguji yang tidak setuju terhadap isi disertasi.

"Harusnya teman-teman jurnalis bersabar dahulu. Sehingga tidak keliru dan asal menafsirkan dari sekadar mengutip hal yang lebih mengejar klik tadi. Bagaimana sidang berjalan juga penting disampaikan ke publik sehingga publik tahu apa yang disampaikan dalam disertasi tersebut," jelasnya saat diskusi dengan tema 'Kontroversi Disertasi; Kuasa Jurnalistik Vs Kuasa Akademik' pada Minggu (8/9). Acara ini merupakan hasil kerja sama AJI dengan Ikatan Mahasiswa Program Doctor Islamic Studies Ilmu Hukum dan Pranata Sosial Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Mesti menjelaskan 5W dan 1H dalam berita

Pixabay.com/Engine_Akyurt

Menurut Hijrian Angga Prihantoro, berita seharusnya memuat elemen 5W dan IH yang terdiri dari What, Who, Where, When, Why, dan How. Ia menjelaskan ketiadaan 5W dan 1H dalam berita semakin banyak ditemukan di era post-truth seperti saat ini. Istilah post-truth dalam hal ini merujuk pada kondisi di mana fakta tak terlalu berpengaruh dibandingkan emosi dan keyakinan personal dalam membentuk opini publik.

"Kalau di akademik itu ada tiga, What, Who, dan Why. Tapi Why di sini menyimpan pertanyaan lain, yakni Where, When, serta How.  Jadi kalau kita tarik ke problematika kontroversi kemarin itu, itu akan sangat elegan jika jurnalisnya memotret minimal atau bisa menjelasman 5W dan 1H itu atau pakai perspektif akademik 3W lalu yang lainnya disimpan di kata Why. Itu akan sangat layak untuk didiskusikan," terang mahasiswa Program Doktor Islamic Studies Ilmu Hukum & Pranata Sosial Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.

Baca Juga: Buntut Disertasi Kontroversial, Keluarga Abdul Aziz Diteror

Berita Terkini Lainnya