TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Film Pendek Karya Sineas Muda, Diputar di Taman Budaya Yogyakarta

Nobar film karya sineas muda terbuka untuk umum dan gratis

Jumpa pers enam film pendanaan dari Dana Keistimewaan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (13/3/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo).

Yogyakarta, IDN Times - Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), bakal menggelar acara nonton bareng (nobar) enam film yang didukung Dana Keistimewaan (Danais), di Halaman Taman Budaya Yogyakarta, Selasa (14/3/2023) pukul 18.30 - 21.00 WIB. Nobar film karya sineas muda ini terbuka untuk umum dan gratis.

Sebanyak enam film yang akan diputar terdiri dari dua kategori, pertama dokumenter dengan judul Nginang Karo Ngilo dan Kanaka. Kemudian, empat kategori fiksi berjudul Nyalawadi, Lebaran Dari Hongkong, Kala Nanti dan Piye Perasaanmu Nek Dadi Aku. 

1. Kanaka

Poster Film Kanaka. (Dok.Istimewa).

Film Dokumenter 'Kanaka''karya sutradara Regina Surbakti, menceritakan kehidupan seorang seniman lukis kuku bersama keluarganya. Dalam ceritanya seniman perempuan itu mencoba membagi waktu untuk bekerja dan waktu untuk anak.

"Berdamai situasi ekonomi dalam rumah tangga. Representasi orang Jogja, dia membuat pelanggan nyaman dalam melukis kuku. Stay strong walaupun ada masalah di rumah," ujar Regina, di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (13/3/2023).

Baca Juga: 6 Film Baru Hasil Danais Dirilis, Gambarkan Realitas Masyarakat

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Dunia Kedokteran, Kaya Pengetahuan! 

2. Nginang Karo Ngilo

Poster Film Nginang Karo Ngilo. (Dok.Istimewa).

Film dokumenter lainnya 'Nginang Karo Ngilo', yang menceritakan perjalanan maestro Campursari asal Gunungkidul, Manthous. Sang sutradara, Aan Ratmanto mencoba mencoba merekam perjalanan Manthous di tiga daerah mulai dari Gunungkidul, Semarang dan Jakarta.

"Cerita transformasi Pak Manthous, mengulik transformasi nama aslinya sampai jadi Manthous. Riset menemukan setiap nama panggung mewakili genre," kata Aan.

3. Piye Perasaanmu Nek Dadi Aku?

Poster Film Piye Perasaanmu Nek Dadi Aku?

Kemudian film berjudul 'Piye Perasaanmu Nek Dadi Aku?' karya Yulinda Dwi Andriyani. Ia menceritakan ide muncul dari keresahan sutradara dan produser. Keresahan dalam hubungan percintaan yang diwarnai kekerasan. "(Orang lain) Menganggap sepele, kenapa masih mau sama dia. Kita yang berada di hubungan itu susah, karena menggunakan hati dan pikiran," ujar dia.

Yulinda juga mengangkat situasi politik di Yogyakarta, rivalitas dua partai besar yang sudah lama. Hal tersebut terinspirasi dari kisah temannya yang merupakan anak dari salah satu pimpinan laskar partai itu. Bahwa orang menilai sesuatu menjadi mudah, ternyata tidak seperti yang dibayangkan.

4. Lebaran dari Hongkong

Film Lebaran dari Hongkong. (Dok.Istimewa).

Film 'Lebaran dari Hongkong' karya Achmad Faishol mencoba mengangkat berbagai fragmen permasalahan. Mulai dari nilai Lebaran yang bergeser, problem togel judi hongkong, juga tentang Tenaga Kerja Wanita (TKW).

"Cerita pendek menghadapi lebaran. Bagaimana pada akhirnya memanfaatkan togel itu sebagai sangu bokdo (uang saku lebaran). Membawa nafas baru tentang lebaran yang sudah dikomersilkan, kembali fitrah. Tentang menerima dan memaafkan," ungkapnya.

5. Nyalawadi

Film Nyalawadi. (Dok. Istimewa)

Produser film 'Nyalawadi', Nisa Fijriana menceritakan film ini berangkat dari keresahan fenomena klitih. Ia mengungkapkan ada krisis kepercayaan warga kepada kegiatan anak muda, karena dampak munculnya klitih.

"Terutama kegiatan secara privat atau malam hari. Padahal anak muda selalu punya sisi kreatif, harus bisa difasilitasi. Semua bisa dikonfirmasi, tidak menimbulkan kecurigaan, apa yang dilakukan bisa diaudiensi," ujar Nisa.

Baca Juga: Film 'Yuni' dari Fourcolours Films Sabet Platform Prize di TIFF

Berita Terkini Lainnya