Penjualan Pedagang Lesu, Pasar Tradisional di Jogja Pakai E-Money
Pedagang lansia kesulitan menggunakan e-money
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kota Yogyakarta, IDN Times - Pasar tradisional di Kota Yogyakarta mengembangkan sistem pembayaran e-money. Hal ini ditempuh agar dagangan penjual tetap laku di saat masa pandemik.
Tapi tak mudah untuk mengubah sistem pembayaran yang selama ini menggunakan cara konvensional, yaitu membayar memakai uang kertas dan logam. Kepala Bidang Pasar Rakyat Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Gunawan Nugroho Hutomo mengatakan di Pasar Beringharjo banyak penjual yang sudah berusia lanjut dan belum mengerti penggunaan teknologi merupakan hambatannya.
“Saat ini program e-money yang berjalan kemajuannya lambat. Dari sekitar 5.600 pedagang, hanya sekitar 1.000 yang memakai online, dari sisanya 60 persen adalah lansia,” ujar Gunawan kepada IDN Times pada Jumat (29/1/2021).
Baca Juga: Tak Ada Wisatawan, Pembeli Batik di Pasar Beringharjo Turun 70 Persen
1. Pasar Prawirotaman menjadi pilot project penggunaan e-money
Program pembayaran e-money ini tak hanya dilakukan agar terbebas dari penularan virus corona ketika bersentuhan dengan uang sebagai alat transaksi. Hal ini juga dilakukan agar dagangan tak hanya dibeli oleh pembeli di sekitar pasar.
Saat ini pasar tradisional Prawirotaman menjadi pilot project penggunaan e-money. Interaksi antara penjual dan pembeli difokuskan menggunakan digitalisasi.
“Kalau kita beli tempe seharga Rp10 ribu saja bisa kok pakai e-money. Bahkan jika hanya beli Rp5 ribu gak masalah. Tidak ada ketentuan minimalnya,” terang Gunawan.
“Kami juga sudah menandatangani MOU dengan Bank BPD Jogja agar pencairan uang para penjual dalam waktu 1 hari saja. Mereka juga butuh untuk dana kulakan,” tambahnya.