Berumur 261 Tahun Pasar Beringharjo Tetap Dipuja
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kota Yogyakarta, IDN Times- Pasar Beringharjo adalah pasar induk yang terletak di ujung selatan Jalan Malioboro, Yogyakarta. Selain dikenal sebagai pasar tradisional yang jujugan para wisatawan, Beringharjo juga memiliki kisah histori berusia ratusan tahun yang membuat pasar ini menjadi ikon Yogyakarta.
Menurut sejarawan J.J Rizal dalm buku Menguak Pasar Tradisional Indonesia (2013), keberadaan Pasar Beringharjo tak terlepas dari pola tata ruang Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang disebut Catur Tunggal. Dalam konsep kota tersebut, pasar dianggap sebagai pusat transaksi ekonomi yang mesti dibangun selain masjid, alun-alun, dan kraton.
1. Pasar Beringharjo eksis sejak Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri
Hoo Cynthia Devi dalam tesis “Studi Perubahan Bentuk Ruang dan Tata Produk Los Tekstil Pasar Beringharjo, Yogyakarta Berdasarkan Teori Persepsi” (2013), menjelaskan Pasar Beringharjo ditetapkan sebagai pasar oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pertama pada tahun 1758.
Berdasarkan peta tahun 1765, lokasi pasar merupakan lapangan berlumpur yang banyak ditumbuhi beringin dan terletak di antara Keraton dan Tugu Putih.
Baca Juga: Warga Yogyakarta Patut Berbangga karena Punya 15 Kuliner Menggiurkan di Pasar Beringharjo
2. Termasuk pola tata ruang Catur Tunggal
Keberadaan Pasar Beringharjo, menurut J.J Rizal, tak terlepas dari pola tata ruang Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang disebut Catur Tunggal. Dalam konsep kota tersebut, pasar dianggap sebagai pusat transaksi ekonomi yang mesti dibangun selain masjid, alun-alun, dan kraton.
Hingga saat ini, baik Pasar Beringharjo, Masjid Gedhe Kauman, Kraton Yogyakarta, serta Alun-alun Utara juga Selatan yang berfungsi sebagai pasar, masjid, dan alun-alun masih ada dan terjaga.
3. Beringharjo yang berarti “beringin” dan “penerbit kesejahteraan”
Pada tahun 1925, pemerintah Belanda menunjuk Nederlansch Indisch Beton Maatschappij untuk mendirikan los di lokasi pasar. Bangunan itu kemudian diresmikan oleh Sri Sultan HB VIII dan diberi nama “Beringharjo”. Menurut J.J Rizal, nama itu berasal dari kata beringin yang berarti pohon beringin dan harjo atau penerbit kesejahteraan.
4. Tempat ribuan pedagang mencari nafkah
Pasar Beringharjo sempat direnovasi dua kali, yakni tahun 1951 dan 1970. Kini, Beringharjo berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektar yang terdiri dari bangunan Pasar Beringharjo Timur serta Barat.
J.J Rizal menjelaskan terdapat sedikitnya 7.000 pedagang yang mencari nafkah di Pasar Beringharjo. Di samping itu, sekitar 500-an buruh gendong yang berusia dari 20 tahun hingga 70 tahun juga beraktivitas di sana.
5. Menyedot wisatawan dalam dan luar negeri
Pelancong domestik serta mancanegara merupakan salah satu pengunjung yang kerap mampir ke Pasar Beringharjo.
J.J Rizal menjelaskan bahwa sekitar setengah dari 2,25 juta wisatawan yang pergi ke Yogyakarta datang dan berbelanja di pasar ini. Setiap hari, Pasar Beringharjo dikunjungi sekitar 60 ribu orang. Angka ini katanya, dapat bertambah khususnya saat liburan serta hari raya.
Baca Juga: Pernak-Pernik Lebaran Murah Meriah Bisa Dibeli di Pasar Beringharjo