TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harga Kebutuhan Pokok Tak Menentu, Penjual Kuliner Naikkan Harga   

Penjual kuliner merasa bingung harga selalu berubah-ubah

Penjual soto di Boyolali Jawa Tengah. IDN Times/Anggun Puspitoningrum

Yogyakarta, IDN Times - Pelaku kuliner di Kota Yogyakarta mengeluhkan kenaikan harga kebutuhan pokok serta gas dan minyak. Para pedagang usaha kecil hanya mempunyai dua pilihan agar tetap bertahan yaitu menaikkan harga atau memperkecil ukuran dagangan.    

 

Baca Juga: Syahdunya Bunker Kaliadem, Wisata di Kaki Gunung Merapi 

1. Pedagang dan usaha kecil terpaksa naikkan harga

ilustrasi bakpao stroberi (unsplash.com/Joan Tran)

Penjual bakpao keliling di wilayah Ambarruko, Sleman, Agung, terpaksa menaikkan Rp500 rupiah dagangannya. Padahal selama ini tren harga makanan yang dijualnya adalah Rp2 ribu.

"Dengan harga Rp2.500 ribu per bakpao yang berisi aneka rasa, saat ini jumlah pembeli berkurang. Biasanya setiap pagi banyak yang membeli untuk mengganjal perut sebelum sekolah atau kuliah, sekarang jumlahnya menyusut," paparnya, Jumat (15/7/2022).

Penjual keliling soto, Kandar pun juga mengalami hal yang sama. Satai ayam dan jeroan yang dijualnya tak lagi laris manis. Harga setiap tusuk satai saat ini harus dinaikkan Rp500 menjadi Rp1.500.       

"Kalau biasanya pembeli ambil dua atau tiga buah satai, saat ini hanya satu saja. Karena kalau ambil lebih dari satu sudah Rp3 ribu," ujar penjual soto yang telah berkeliling di kampung Seturan, Sleman lebih dari 15 tahun.

Agar tak perlu membawa pulang sisa dagangannya, Kanda terpaksa mengurangi pembuatan satai usus, daging dan jeroan miliknya.    

 

 

2. Rumah makan dan restoran tak terpengaruh kenaikan harga

ilustrasi pola makan sehat (IDN Times/Mardya Shakti)

Namun keadaan ini ternyata tidak dirasakan oleh pengelo restoran dan rumah makan besar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketua Bidang Restoran dan Hiburan PHRI DIY Aldi Fadlil Diyanto mengatakan, kenaikan bahan kebutuhan pokok belum memberikan beban signifikan pada pelaku usaha restoran yang tergabung dalam organisasi tersebut.

“Sebagian besar anggota PHRI adalah restoran bintang tiga ke atas dan untuk pariwisata,  sehingga kenaikan harga bahan kebutuhan pokok belum memberikan dampak signifikan. Kondisinya bisa berbanding terbalik bagi pelaku rumah makan kecil,” katanya.

Menurut dia, restoran berbintang dan restoran pariwisata masih bisa menyiasati kenaikan harga bahan pokok karena konsumen yang datang pun tidak keberatan jika terjadi kenaikan harga.

Baca Juga: Pelaku Wisata Bantul Yakin Syarat Booster Tak Pengaruhi Wisatawan

Berita Terkini Lainnya