TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sepi Permintaan, Petani Garam di Gunungkidul Jadi Tukang Batu  

Petani garam pertanyakan niat pemerintah lakukan impor

Ilustrasi petani garam.pixabay.com/Quangpraha

Gunungkidul, IDN Times - Rencana pemerintah untuk melakukan impor garam ditanggapi oleh petani garam di Kabupaten Gunungkidul. Petani merasa mereka mampu memproduksi garam namun sayangnya selama masa pandemik permintaan turun drastis. 

Ketua kelompok petani garam Tirta Bahari, Winarto mengaku petani garam di Pantai Sepanjang selama masa pandemik tak lagi memproduksi garam karena permintaan pasar juga sepi. Hal ini berimbas kepada 24 anggotanya akhirnya memilih beralih profesi menjadi buruh bangunan. 

"Permintaan garam sepi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari beralih menjadi tukang batu," ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (16/3/2021).

 

Baca Juga: Kritik Kebijakan Impor Garam, Pustek UGM: Pemerintah Cuma Reaktif

1. Lahan pengolahan luas, petani garam pertanyakan niat pemerintah lakukan impor

ANTARA FOTO/Saiful Bahri

Winarto menilai kebijakan impor garam tidak tepat dilakukan. Apalagi Indonesia memiliki potensi yang besar salah satunya berada di Gunungkidul.

"Kalau ada pendampingan dan pelatihan tentunya akan lebih baik, namun untuk saat ini ya tak berubah. Punya lahan (bahan membuat garam) kok impor," ujarnya.

2. Setiap kali proses, petani mampu hasilkan 1 kuintal garam

Pinterest

Pada awal pandemi kata Winarto, petani sudah memproduksi garam namun akhirnya berhenti. Padahal setiap satu kali proses, kelompoknya bisa memproduksi satu kuintal garam. 

"Hasil produksi garam cukup menjanjikan namun keadaan yang memaksa petani tak lagi memproduksi garam," ujarnya.

 

Baca Juga: Pilih Impor Garam, Pemerintah Dituding Gagal Genjot Produksi Nasional

Berita Terkini Lainnya