TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Memupuk Toleransi di Bantul Lewat Instrumen Gamelan

Ingin generasi muda turut melestarikan kesenian tradisional

IDN Times/Daruwaskita

Bantul, IDN Times - Lagu rohani terdengar yang dinyanyikan oleh paduan koor semakin hidup ketika diiringi dengan gamelan Jawa. Hal ini terlihat dalam sebuah acara misa peringatan 1 tahun meninggalnya salah satu warga Dusun Gunungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Sabtu malam (10/8).

Yang membuatnya jadi menarik, adalah tampilnya sejumlah penabuh gamelan beragama Islam untuk mengiringi lagu rohani selama ibadah umat Katolik tersebut.

Baca Juga: Indahnya Toleransi, Masjid Bagikan Daging Kurban ke Non-Muslim 

1. Sebagian penabuh gamelan dari umat beragama islam‎

IDN Times/Daruwaskita

Sekitar 150 umat yang sedang mengikuti misa dibuat terharu oleh para penabuh gamelan atau wiyogo. Sebab mereka tampak mengenakan baju muslim lengkap dengan hijabnya.

Tangan yang lincah tampak mengikuti irama lagu rohani yang dinyanyikan oleh paduan suara. Tak ada rasa canggung sedikit pun ketika memainkan notasi lagi yang sudah disiapkan sebelumnya.

"Terima kasih kepada bapak dan ibu turut mendukung misa peringatan 1 tahun meninggalnya Bapak FX. Ngadiman meski ibu dan bapak adalah muslim namun turut mendukung acara misa malam ini," kata Haryono, Ketua Lingkungan setempat.

2. Setetes harapan agar toleransi antarumat beragama di Bantul tetap terjaga‎

Ilustrasi toleransi. (IDN Times/Sukma Shakti)

Harmoni antarwarga berbeda keyakinan yang ditunjukkan dalam ibadah tersebut menjadi setitik harapan bahwa toleransi antarumat beragama di Bantul masih kental.

Dalam beberapa tahun terakhir, Kabupaten Bantul diuji dengan isu-isu intoleransi. Mulai dari penolakan seorang camat nonmuslim di Kecamatan Pajangan, pembubaran bakti sosial oleh Gereja Pringgolayan, Kecamatan Banguntapan, penolakan warga nonmuslim yang tinggal di salah satu dusun di Kecamatan Pleret dan yang terakhir adalah polemik pendirian tempat ibadah GPdI Immanuel.

3. Ingin anak muda melestarikan musik gamelan yang semakin ditinggalkan‎

IDN Times/Daruwaskita

Niat mengenalkan generasi muda di Dusun Gunungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul dengan alat musik gamelan justru menjadi sarana untuk menjaga toleransi antarumat beragama.

‎Penggagas sekaligus pemilik perangkat gamelan, Wisnu Sutaryono, mengatakan pada awalnya pengadaan seperangkat gamelan ini dilakukan karena kesenian tradisional ini mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Jika ada anak muda yang pandai memainkan gamelan, jumlah tak banyak. Itu pun karena mereka memang berasal dari keluarga yang menekuni gamelan.

"Saya prihatin dengan alat musik gamelan yang semakin ditinggalkan oleh generasi muda. Dan bisa dilihat penabuh gamelan saat ini sebagian besar usianya sudah tua," ujarnya kepada IDN Times.

4. Dibantu para penabuh senior

IDN Times/Daruwaskita

Menurut Wisnu, mengajak generasi muda untuk belajar gamelan bukanlah hal yang mudah, apalagi banyak anak muda yang sama sekali tak mengenal gamelan. Ia pun tidak hanya berusaha merangkul anak muda, tetapi juga setiap orang yang mau belajar. Kelompoknya kini melakukan latihan seminggu sekali.

"Persoalan muncul dengan siapa yang nantinya bisa mengajarkan cara nggamel (menabuh gamelan). Beruntung beberapa penabuh gamelan senior yang ada di sekitar Dusun Gunungan bersedia memberikan pendampingan hingga bisa berlatih 1 minggu sekali," ungkapnya.

5. Gamelan bisa digunakan mengiringi lagu apa pun‎

IDN Times/Daruwaskita

Wisnu pun mengatakan, mereka tidak secara khusus berlatih gamelan untuk mengiringi paduan suara ibadah umat Katolik. Mereka belajar gamelan seperti pada umumnya dengan lagu-lagu yang biasa dibawakan dengan gamelan.

"Gamelan itu bisa untuk mengiringi lagu apa pun, baik lagu atau tembang jawa hingga lagu rohani," ungkapnya.‎

Kata Wisnu lagi, mereka juga perlu tampil di depan publik untuk melihat hasil latihan mereka selama ini. Akhirnya, para penabuh ini tampil mengiringi acara misa peringatan 1 tahun meninggalnya salah satu warga Dusun Gunungan yang kebetulan adalah kakak ipar Wisnu sendiri.

"Semua sepakat, yang beragama islam juga sepakat karena sudah menganggap keluarga dari almarhum sudah seperti saudara sendiri," ungkapnya.

6. Istri dan anak Kepala Dusun Gunungan pun ikut menabuh gamelan‎

IDN Times/Daruwaskita

Wisnu menambahkan, istri dan anak Kepala Dusun Gunungan juga ikut menjadi penabuh gamelan dalam kelompoknya.

"Saya cukup bangga karena yang menjadi penabuh gamelan salah satunya adalah istri dan anak Kepala Dusun Gunungan," ungkapnya.

Baca Juga: IMB Tempat Ibadah Dicabut, GPdI Akan Tempuh Jalur Hukum

Berita Terkini Lainnya