TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jim Supangkat: "Karya Seni Fotografi Kini Bisa "Membunuh" Orang"

"Abad Fotografi IV -Momentum-” tampilkan 14 karya 

IDN Times/Daruwaskita

Kota Yogyakarta, IDN Times- Kemajuan terknologi mendorong cepatnya perkembangan dunia seni fotografi. Sayangnya, banyak karya foto sudah meninggalkan jauh dari tujuan utama fotografi yaitu menyebarkan informasi kepada masyarakat dan bagian dari sebuah kebebasan sehingga mengangkat demokrasi.

Salah seorang seniman Indonesia Jim Abiyasa Supangkat Silean mengatakan kini fotografi atau karya dari fotografer tidak lagi sekadar memberikan informasi dan mengangkat demokrasi. 

Baca Juga: Pembangunan dan Sampah Plastik Sumber Terbesar Climate Change di Jogja

1. Karya fotografi dieksploitasi

pixabay/StockSnap

Karya fotografi dieksploitasi sedemikian rupa untuk mempengaruhi pola hidup manusia agar konsumerisme semakin tinggi. Bahkan membuat orang tak sadar akan cepat mati.

"Jadi dunia seni rupa yang punya komitmen pemikiran positif dibuat gundah dengan kondisi fotografi iklan dan sudah jauh meninggalkan tujuan utama fotografi pada awalnya," kata Jim Abiyasa Supangkat Silean, seniman ternama Indonesia di sela-sela Pameran Seni Fotografi "Abad Fotografi IV -Momentum- di Jogja Gallery, Jumat (12/9).

Jim Abiyasa Supangkat Silaen atau adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karya lukisnya dan kritik senirupa

2. Fotografi iklan tanpa sadar mendorong konsumerisme‎

unsplash.com/@olamishchenko

Seniman yang akrab dipanggil Jim Supangkat ini menjelaskan tidak ada yang salah dengan fotografi iklan. Menurut Jim Supangat tidak ada yang salah orang mencari duit dengan segala macam cara tetapi mendorong konsumerisme, mendorong orang membeli tanpa sadar sudah menjadi tanda tanya.

"Kan banyak tu, anak-anak yang obesitas, sudah hidupnya tersisa, umurnya pendek dan itu ditegaskan dengan iklan junkfood dengan foto-foto yang memperlihatkan kelezatan makanan yang ditawarkan dan secara sadar dikembangkan untuk anak-anak dan itu rekayasa berdasarkan gambar," ujar salah satu penerima penghargaan Prince Claus Award (Belanda) untuk Posting Cultural Development in The Third Word to The International World ini.‎

"Kan bisa dibayangkan bagaimana junkfood mampu dapat duit banyak, apalagi tanpa bayar pajak," tuturnya.

3. Fotografi iklan sangat berkuasa

IDN Times/Daruwaskita

Secara teknik fotografi, fotografer iklan sangat berkuasa sekali. Berbeda dengan fotografer bukan iklan yang lebih menggunakan sensibilitas dan intuisi untuk membuat kebagusan sebuah foto.

"Jadi keindahan itu rekayasa, keindahan diteliti. Nah kalau hasilnya bagus saja ndak papa, namun kalau sudah mempengaruhi orang maka hal itu sudah dipertanyakan dan jika akibatnya buruk maka sudah dipersoalkan," ucapnya.

Baca Juga: Apa Kata Media Jerman dan Internasional Soal BJ Habibie?

Berita Terkini Lainnya